akhlak tasawuf

Jawablah soal berikut ini:
1.        Jelaskan arti dan makna yang dimaksud dari kata dan istilah berikut:
a.    Akhlaq dan Ilmu Akhlaq,  pengertian, makna, ruang lingkup/pembagian akhlaq
Pengertian Akhlaq dan Ilmu Akhlaq
Akhlak adalah jamak dari khuluq ( khuluqun ) yang berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabi’at. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran lahiriah manusia, seperti raut muka, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Menurut imam Al-Ghazali,
“akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya dapat timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”[1]
 Maka, dapat disimpulakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, baik itu perbuatan terpuji maupun tercela. Sedangkan, Ilmu akhlaq adalah ilmu yang mempelajari segala tingkah laku yang dilakukan manusia baik itu tingkah laku yang baik maupun yang buruk.
Ruang Lingkup Akhlaq
Ruang lingkup akhlaq sendiri ada 3, yaitu: [2]
1)      Akhlaq kepada Allah SWT
Akhlaq kepada Allah SWT adalah suatu sikap yang seharusnya dilakukan manusia kepada Allah. Untuk berakhlak kepada Allah, kita harus mengetahui terlebih dahulu tujuan dari penciptaan manusia.
2)      Aklaq kepada diri sendiri
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dari makluk cptaan Allah yang lainnya. Allah juga memuliakan manusia dabanding makhluk yang lainnya. Oleh karena itu, semua yang diberikan Allah kepada kita harus dijaga dan dirawat, karena hakikatnya diri kita adalah milik Allah dan Allah tidak akan menyianyiakan ciptaan-Nya.
3)      Akhlaq kepada orang lain
Manusia merupakan makhluk social yang saling membutuhkan pertolongan dari orang lain tanpa memandang ras, suku, budaya, agama, maupun bangsa. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara bersikap yang seharusnya dilakukan kepada orang, agar kita merasakan kehidupan yang damai antara masyarakat, bangsa, dan agama.

b.    Tasawuf dan Ilmu Tasawuf.
Pengertian Tasawuf dan Ilmu Tasawuf 
Tasawuf secara bahasa dapat diartikan sebagai suffah (sebuah tempat dimasjid), sifat, sufah (selembar bulu), shofia ( al-hikmah atau bijaksana), as-safa (suci), dan suf (bulu domba).
Secara terminology, menurut Muhammad bin Ali al-Qasab guru imam Junaidi al-Baghdadi bahwa, tasawuf adalah akhlak mulia yang tampak dizaman yang mulia dari seorang manusia mulia bersama kaum yang mulia. [3]Menurut Syekh Abdul Qadir, tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan kholawat, riyadah, dan terus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah, dan ikhlas. Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara menyucikan jiwa dari sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara mencapai menuju jalan Allah.[4]

c.    Akhlaq Tasawuf  dan hubungannya dengan ilmu Tauhid dan fiqih.

Hubungan Tasawuf dengan Tauhid
Dalam kaitannya dengan ilmu tauhid, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman ketuhanan. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan ilmu kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional dan muatan naqliah. Jika tidak diimbangi oleh kesadaran rohaniah ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qalbiyah (hati).[5]
Tasawuf Islam tidak akan ada kalau tidak ada tauhid, tegasnya tiada guna pembersihan hati kalau tidak beriman. Tasawuf Islam yang sebenarnya adalah hasil dari ‘aqidah yang murni dan kuat yang sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-nya. Perlu diingat bahwa lapangan tasawuf itu adalah hati.[6]
Beberapa hal yang dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu kalam menurut Tiswani dalam bukunya Buku Daras Akhlak Tasawuf :
1)      Dilihat dari materi, ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah sedangkan ilmu tasawuf dapat menyentuh rasa rohaniah seorang hamba.
2)      Dalam ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara itu pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya untuk menyelamatkan diri dari kemunafikan.
3)      Selain itu, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan kalam.[7]

Hubungan Tasawuf dengan Fiqih
Sebagaimana yang kita ketahui, pembahasan kitab-kitab fiqih selalu dimulai dari thaharah (tata cara bersuci), lalu berlanjut pada persoalan-persoalan kefiqihan lainnya. Namun, pembahasan ilmu fiqih tentang thaharah dan lainnya tidak secara langsung terkait dengan pembicaraan nilai-nilai ruhaniahnya. Padahal, thaharah akan terasa lebih bermakna jika disertai pemahaman ruhaniah.
Untuk memberikan pemahaman keruhaniahan dalam fiqih, ilmu tasawuf tampaknya merupakan pilihan yang paling tepat. Karena di dalam tasawuf terdapat pembahasan yang mayoritas bersifat batiniyah. Sehingga tasawuf dapat memberikan corak batiniyah terhadap fiqih. Corak batin yang dimaksud, seperti ikhlas dan khusyu’ berikut jalannya masing-masing. Bahkan ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. Alasannya, pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan ruhaniah.[8]
Ma’rifat secara rasa (al-Ma’rifat al-Dzauqiyah) terhadap Allah melahirkan pelaksanaan terhadap hukum-hukum-Nya secara sempurna. Dari sinilah dapat diketahui kelirunya pendapat yang menuduh perjalanan menuju Allah (dalam tasawuf) sebagai tindakan melepaskan diri dari hukum-hukum Allah.
Hal ini sangat menegaskan bahwa Ilmu Tasawuf dan Ilmu Fiqih adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap orang harus menempuh keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap kedua disiplin ilmu sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas ilmunya. Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu fiqih, yang terkesan sangat formalistic-lahiriah, menjadi sangat kering atau kaku dan tidak mempunyai makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diisi dengan muatan kesadaran rohaniah yang dimiliki oleh tasawuf. Begitu juga sebaliknya, tasawuf akan terhindar dari sikap-sikap merasa suci sehingga tidak perlu lagi memperhatikan kesucian lahir yang diatur dalam fiqih.[9]
Keterkaitan antara Ilmu Fiqih dengan Ilmu Tasawuf :
1)      Ilmu Tasawuf mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih.
2)      Ilmu Fiqih merupakan jembatan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf.
3)      Tasawuf dan Fiqih merupakan dua disiplin ilmu yang saling menyempurnakan.[10]


d.   Tujuan dan manfaat mengkaji akhlaq tasawuf.
Tujuan mempelajari Akhlak Tasawuf yaitu untuk memberikan penerangan dan pedoman bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik dan buruk.
Manfaat mempelajari Akhlak tasawuf yaitu sebagai berikut:
1)  Melahirkan keluhuran moral berupa kesalehan ritual kepada Allah dan kesalehan sosial terhadap sesama manusia. Kesalehan ritual saja itu tidak cukup, karena bisa menyebabkan seseorang menjadi egois dan a-sosial. Oleh sebab itu, perlu juga dihiasi dengan kesalehan social. Spiritualisme yang ekstrem yang mengabaikan aspek social, jelas hanya akan merugikan umat Islam.
2)  Muraqabah dan ma’rifatullah, yakni seseorang merasa bahwa seluruh amal perbuatannya berada dalam pengawasan Allah. Ini akan melahirkan moral otonom. Dimana dan kapan pun berada, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik.
3)  Mahabbah fillah (cinta kepada Allah). Dengan dasar cinta, semangat beribadah seseorang akan menggelora, semangat berkorban untuk orang lain pun tak pernah padam. Sebab cinta memberikan inner power yang luar biasa. Seseorang yang mengaku cinta, maka harus berani berkorban.

























2.        Jelaskan Sejarah Muncul dan Perkembangan Tasawuf.
Berbagai pendapat tentang muncul dan berkembangnya tasawuf:
a.       Pada abad pertama dan kedua hijriyah
1)      Perkembangan tasawuf pada masa sahabat
Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasulullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada Tuhan-Nya. Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi maha guru bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang tertarik pada kehidupan sufi antara lain:
a)        Abu Bakar Ash-Shiddiq
b)        Umar bin Khattab
c)        Usman bin Affan
d)       Ali bin Abi Thalib
e)        Salman Al-Farisy
2)      Perkembangan tasawuf pada masa tabiin
Ulama sufi dari kalangan tabiin adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan sahabat. Ada beberapa tokoh-tokoh ulama sufi tabiin antara lain:
a)        Al-Hasan Al-Bashri
b)        Rabi’ah Al-Adawiyah
c)        Sufyan bin Said Ats-Tsauri
b.      Pada abad ketiga dan keempat hijriyah
1). Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyah
Pada abad ini, terlihat perkembangan tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba memiliki inti ajaran tasawuf yang berkembang masa itu.
2). Perkembangan tasawuf pada abad keempat hijriyah
Pada abad ini, ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuan di abad ketiga hijriyah karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawuf masing-masing.
c.       Pada abad kelima hijriyah
Disamping adanya pertentangan yang turun temukan antara ulama sufi  dengan ulama fiqh, maka abad kelima ini, keadaan semakin rawan ketika berkembangnya madzab syiah ismailiyah yaitu suatu madzab (paham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada keturunan Ali bin Ali Thalib.
d.      Abad keenam, ketujuh, dan kedelapan hijriyah
Perkembangan tasawuf pada abad keenam hijriyah banyak ulama tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf abad ini antara lain Syihabuddin Abdul Futu As-Suhrawardy.
e.       Pada abad kesembilan, kesepuluh hijriyah dan sesudahnya.
Di sini tasawuf sangat sunyi di dunia islam, berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh, kedelapan hijriyah. Faktor yang menonjol menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf di dunia Islam yaitu:
1)      Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercaaan di kalangan masyarakat islam, sebab banyak diantara mereka yang terlalu menyimpang di ajaran islam yang sebenarnya.
2)      Karena ketika itu, penjajahan bangsa Eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negeri islam.














3.        Apa yang saudara fahami tentang akhlaq Islam, jelaskan makna dan pentingnya Akhlaq Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlaq Islam
Akhlak islam secara sederhana dapat diartikan sebagai akhlak yang didasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat islami. Selain itu akhlak islam juga dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolok ukur ketentuan Allah. Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang didasarkan pada islam.
Pentingnya Akhlaq Islam dalam Kehidupan Sehari-hari  
Akhlak yang baik dalam islam memilki keutamaan yang tinggi. Karena itu, sudah sepantasnya setiap muslim menjadikan akhlaq yang baik itu sebagai perhiasan. Untuk mengukur apakah akhlaq itu baik atau tidak itu tidak bisa dilakukan dengan cara melihat adat yang dilakukan manusia. Akan tetapi, kita harus berpatokan pada syari’at islam. Akhlaq atau budi memegang peranan penting dalan kehidupan manusia. Akhlaq yang baik akan membedakan manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlaq baik atau mulia, dapat menjaga kemulian dan kesucian jiwa, dapat melawan hawan nafsu, berpegang teguh pada sendi-srndi keutamaan islam, dan lain-lain. Manusia yang memiliki akhlaq yang baik, akan diangkat derajatnya oleh Allah. Sedangkan orang yang memilki akhlaq yang buruk, akan membinasakan dirinya dan masyarakat seluruhnya.[11] 












4.        Mengikuti dan Mencontoh Perilaku Rasulullah dalam berakidah, beribadah dan berakhlak sebagai upaya taqarrub mendekatkan diri kepada Allah dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh sunnah harian Rasulullah  yang perlu kita ketahui dan amalkan agar kita menjadi hamba Allah yang memiliki akhlak mahmudah (hablun minallah, dan hablum minannas). Coba jelaskan pendapat saudara.

Tujuh Sunnah harian Rasulullah[12]
a.  Shalat Tahajud
Shalat tahajud merupakan shalat yang amat penting setelah shalat fardu. Apabila orang melakukan shalat tahajud, maka Allah akan mengangkat derajatnya orang tersebut. Shalat tahajud dilakukan malam hari setelah tidur, karena pada waktu itu adalah waktu yang khusuk untuk shalat dan berdo’a. dalam Al-Qur’an juga telah menjelaskan keutamaan dari shalat tahajud yaitu dalam surah Al-Isra’ ayat 79:
Artinya: “ dan dari sebagian malam hendaklah engkau bangun (tahajud), sebagai amalan tambahan untukmu. Semoga Tuhanmu mengangkat (derajatmu) ke te,pat terpuji.” ( al-Isra’ : 79)
b.      Membaca dan mempelajari Al-Qur’an
Al-Qur’an sebaiknya kita pelajari secara sistematis, diungkapkan maknanya, digali kandungannya, da nisi dari Al-Qur’an kita gunakan sebagai pedoman dalam kehidupan kita. Al-Qur’an telah menjelaskan keutaman membaca dan mempelajari Al-Qur’an yaitu dalam surat Maryam ayat 58:
Artinya: “ dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah SWT yang Maha Pemurah kepada mereka, mereka menyungkur, bersujud, dan menangis.”( Maryam: 58)
Al-Qur’an baru terbukti menjadi petunjuk ketika adanya kenyataan dalam praktik kehidupan kita. Agar pendalaman Al-Qur’an yang kita lakukan semakin bermanfaat bagi kita dan manusia secara umum, maka hendaknya kita mengetahui isi, kisah, hikmah Al-Qur’an dengan belajar kepada para ulama’ yang lebih awal dan lebih panjang mendaburi al-qur’an termasuk sejumlah tafsir dan karya tulis.
c.       Shalat subuh berjamaah di masjid
Shalat subuh merupakan salah satu shalat wajib yang mempunyai kekhususan dan mempunyai keutamaan yang luar biasa, diantaranya:
1)      Shalat subuh merupakan shalat yang paling utama yang diwajibkan pada kaum muslimin.
2)      Merupakan shalat yang sejak awal disyariatkan tetap 2 rakaat.
3)      Adzan subuh berbeda dengan adzan shalat yang lainnya.
4)      Rasululolah memberikan do’a khusus setelah shalat subuh yang berbeda dengan shalat yang lain. Do’anya adalah “Allahumma ajirni minannar” artinya “ Ya Allah lindungilah aku dari api neraka” dibaca sebanyak tujuh kali. 
5)      Shalat subuh tidak bisa diqasar dan dijama’.
6)      Seperti yang juga kita pahami dari berbagai hadits, pada shalat subuh inilah pergantian malam dan siang dimulai. Pada saat itulah malaikat malam dan siang berkumpul dan bergantian tugas. Allah berfirman dalan surat Al-Isra’ ayat 78:
Artinya: “ dan dirikanlah shalat subuh. Sungguh, shalat subuh disaksikan oleh para malaikat.”( Al-Isra’: 78)
d.      Melakukan shalat dhuha
Dalam sebuah hadis telah diriwayatkan “ Wahai anak adam, cakupilah aku dengan melakukan empat rakaat shalat dhuha pada pagi hari, maka aku akan mencakupi kebutuhanmu pada akhir hayatmu.”( HR. Ahmad dan Abu Ya’la). Dalam hadis lain juga dijelaskan beberapa hikmah shalat dhuha yaitu, “ Siapa yang mengerjakan shalat dhuha 2 rakaat, dia tidak akan dicatat dalam kelompok orang-orang yang lupa. Siapa yang mengerjakan shalat duha 4 rakaat, dia dicatat dalam kelompok orang-orang yang ahli ibadah. Siapa yang mengerjakan shalat dhuha 6 rakaat, pada hari itu segala kebutuhannya dicukupi oleh Allah SWT. Siapa saja yang mengerjakan shalat dhuha 8 rakaat, maka Allah SWT mencatat termasuk golongan yang tunduk dan menghabiskan waktunya untuk beribadah. Dan siapa saja yang mengerjakan shalat dhuha 12 rakaat, maka Allah SWT membangunkan baginya sebuah istana indah dalam surge tidak ada dalam sehari-semalam kecuali Allah SWT pasti memberikan anugrah serta sedekah kepada hambanya.” ( HR. Thabrani dan Abu Daud)   
e.       Bersedekah
Maha suci Allah yang telah membersihkan hati orang-orang beriman dari sifat angkuh dan serakah. Allah SWT telah menyelipkan ke sanubari orang yang beriman perasaan iba, simpati, sekaligus empati kepada orang-orang yang lemah dan membutuhkan bantuan, melalui bersedekah. Bersedekah tidak harus dengan jumlah yang banyak, tetapi yang terpenting adalah ikhlas. Kita bersedekah tidak mengharapkan balasan dari orang yang kita beri, tetapi kita meyakini bahwa Allahlah yang akan membalasnya.
f.       Selalu dalam keadaan berwudhu
Al-qur’an menganjurkan kita tetap berwudhu walaupun kita tidak hendak mendirikan salat. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 222:
Artinya: “ Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan mereka menyucikan diri.” ( Al-Baqarah: 222)
g.      Selalu berdzikir
Berdzikir memiliki banyak keutamaan serta manfaat bagi yang melakukannya . Berdzikir merupakan suatu cara seorang hamba untuk mengingat akan Tuhannya. Kata dzikir berasal dari bahasa arab yang memiliki arti ingat . Dan secara syariat dzikir memiliki arti mengingat Allah swt dengan tujuan mendekatkan diri kepada Nya. Perintah berdzikir terdapat dalam QS. Al- Ahzab ayat 41. Waktu untuk berdzikir yaitu boleh kapan pun , dimanapun dan bagaimanapun bentuknya . Kecuali di tempat – tempat yang dilarang , seperti berdzikir dalam kamar mandi atau WC. Hal ini dijelaskan dalam QS.Ali Imran ayat 191. untuk menghilangkan rasa gundah yaitu dengan cara berdzikir atau mengingat kepada Allah swt . Perhatikan firman Allah swt dalam QS.Ar Ra’d ayat 28.[13] 





















5.        Manusia sebagai makhluk Allah, diberikan potensi ruhaniyah. Dengan potensi ruhaniah tersebut manusia berbeda dengan makhluq lainnya. Jelaskan potensi-potensi ruhaniyah itu bagaimana upaya mengembangkannya agar manusia dapat memiliki jati diri yang berbeda dengan makhluk lain.

Upaya untuk Mengemban Manusia memiliki keistimewaan tersendiri dari makhluk lain, yaitu dengan diberikannya potensi ruhaniyyah oleh Allah swt yang meliputi akal, nafsu, hati, serta ruh. Potensi ruhaniah manusia sebagaimana di ketahui dasar manusia itu terdiri dari dualisme yang saling melengkapi, yaitu manusia terdiri dari badan kasar (jasmani)  dan badan halus (rohani), kalau jasmani digerakkan oleh fikiran, perasaan dan kemauan yang melahirkan kekuatan lahir. Sedangkan rohani digerakkan oleh cipta, rasa dan karsa yang melahirkan kekutan batin.
Yang membedakan antara manusia dan hewan adalah sisi ruhaniahnya. Itulah sebabnya ketinggian derajat manusia terletak pada sisi ruhaniahnya bukan sisi jasmaniyahnya. Memahami dan mengembangkan potensi rohaniah dalam diri manusia itu sendiri mencakup nafs, qalb, akal dan ruh.
a.       An-nafs
An-nafs atau nafsu menurut pengarang kitab “Manazi as-Sairin” adalah jawhar latif ( permata halus) yang mengandung kekuatan hidup, berkehendak, bergerak dan berkemauan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi ruhaniyah berupa An-nafsh yaitu dengan senantiasa beribadah kepada Allah dan selalu menghadap-Nya. Karena pada dasarnya nafsu akan selalu mengajak manusian untuk melakukan kemungkaran dan maksiat. Oleh sebab itu, manusia dapat berupaya untuk selalu ada di jalan Allah dengan selalu berbuat pada kebaikan dan menjauhi perbuatan yang mengarah pada kemaksiatan.
b.      Al-Qalb
Al-Qalb adalah suatu rahasia yang halus (lathifah) yang bersifat rabbaniyah dan ruhaniyah yang memiliki keterkaitan dengan al-qalb yang bersifat jasmani. Al-Qalb itulah yang bisa berperan sebagai mukhathab (pihak yang diajak bicara), yang bisa merasakan kesusahan, bisa merasakan akibat dan bisa dituntut.
Sebagai pusat dari segala tindakan dan perbuatan yang kita lakukan, Al-Qalb sudah seharusnya kita jaga. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kebersihan hati, antara lain:
1)      Menghilangkan penyakit hati
Dengan menghilangkan penyakit hati, hati kita akan menjadi sehat dan iman kita pun semakin kuat. Karena penyakit hati sangat mengindikasikan lemahnya keyakinan atau iman.
2)      Menjaga hati dari gangguan setan
Ada tiga upaya konkret dan praktis dalam menjaga hati dari gangguan setan. Pertama, memohon kepada Allah, Dzat yang menasukkan iman ke dalam hati, untuk tetap mempertahankan dan memperkuat iman serta hati. Kedua, berdo’a kepada Allah SWT agar dilindungi dari godaan setan. Ketiga, berupaya memaksimalkan fungsi iman yang ada di dalam hati, sehingga kita penuh ketaatan melaksanakan perintah-Nya.
3)      Membersihkan hati dengan Dzikrullah
Dzikrullah pada hakikatnya adalah keadaan hati yang selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah swt. Hati kita menjadi tenang dan merasa terus diawasi oleh Allah sehingga kita tidak akan melakukan perbuatan yang sia-sia.
c.       Al-Aql
Al-Aql diartikan sebagai pengetahuan yang mampu mengetahui berbagai ilmu, yang tidak lain adalah Al-Qalb yang berupa lathifah. Dalam istilah keislaman, ada dua istilah mengenai akal ini, yaitu akal takhlifi dan akal syar’i. akal taklifi dimiliki oleh semua manusia selama ia masih sadar dan tidak menderita penyakit gila. Sedangkan akal syar’i bertempat didalam hati dan akal syar’i yang sempurna cirri-cirinya adalah orang yang mampu mengendalikan syahwatnya untuk menaati Allah swt disertai pemahaman tentang-Nya dan penyerahan diri kepada-Nya.
Potensi Al-Aql dapat dikembangkan dengan mengendalikan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menjerumuskan kepada kenikmatan sementara atau kenikmatan dunia dan selalu mengutamakan kenikmatan akhirat.
d.      Al-Ruh
Ruh merupakan hal yang mengagumkan yang bersifat rabbani yang tidak mampu diketahui hakikatnya oleh kebanyakan akal manusia.
Potensi ruh dapat berkembang kearah cinta kebaikan, kemaslahatan, keadilan, kedamaian, dan kebenaran. Potensi ruh dapat dikembangkan dengan membawa implikasi positif bagi pembentukan kepribadian yang bermoral dan cenderung untuk bertingkah laku positif yaitu sesuai jalan Allah.



























6.      Dalam diri manusia, Allah memberikan kecenderungan untuk berbuat fujur dan taqwa. Dari dua tabiat tersebut manusia bisa memiliki akhlaq yang terpuji (mahmudah) dan akhlaq tercela (madzmumah). Jelaskan apa dan maksud akhlaq mahmudah, bagaimana upaya menggapainya. Dan jelaskan pula apa dan akhlaq madzmumah, mengapa manusia bisa mempunyai Akhlaq itu.
Pengertian Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlak fadhilah (فضيلة), akhlak yang utama.[14][1]
Akhlaq Mahmudah
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji berarti bertingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Contohnya: sabra, pemaaf, ikhlas, dan lain-lain. Cara agar kita memilki akhlak terpuji, maka kita harus bisa menyeimbangkan empat kekuatan yaitu kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan kekuatan adil terhadap kekuatan marah dan syahwat.

B.     Keutamaan Akhlak Mahmudah
Perbuatan yang baik merupakan akhlaq karimah yang wajib dikerjakan. Akhlaq karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaq al karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah. Pandangan al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato yang mengatakan, bahwa orang adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara terus-menerus. Al-Ghazali memandang orang yang dekat kepada Allah adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna.
           Al-Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu sebagai berikut :
1.      Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik.
2.      Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahya dengan akal untuk maju.
3.      Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama.
4.      Berlaku adil. Adil sebagai misalnya, yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi haknya sesuai dengan fitrahnya atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu syahwatnya untuk mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi.[15][2]
C.     Bentuk-Bentuk Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya agar memiliki akhlak mahmudah (akhlak terpuji). Allah SWT. menyukai sifat-sifat baik tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.      Sifat Sabar
Menurut Drs. Moh. Amin dalam karangan bukunya yang berjudul 10 induk akhlak terpuji, pengertian sabar adalah kekuatan jiwa seorang mukmin yang tenang dan yakin akan rahmat Allah dan percaya kepada janji dan keadilan-Nya; jiwa yang takwa dan kuat, mengalahkan dan menguasai nafsunya, serta takut akan kemurkaan Tuhan-Nya sehingga dapat mengalahkan keinginannya.[16][3] Kesabaran itu pahit dilaksanakan, namun akibatnya lebih manis daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah. Kesabaran dibagi menjadi empat kategori berikut ini:[17][4]
a.       Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
b.      Sabar menanggung musibah atau cobaan.
c.       Sabar menahan penganiayaan dari orang.
d.      Sabar menanggung kemiskinan.
2.      Sifat Benar atau Jujur (Shidiq)
Benar ialah memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai dengan apa adanya, artinya sesuai dengan kenyataan.
3.      Sifat Amanah
Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (istiqamah) atau kejujuran.
4.      Sifat Adil
Adil adalah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bila seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil.
5.      Sifat Kasih Sayang
Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahmah) adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhluk-Nya.
6.      Sifat Hemat
Hemat (al-iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu, dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan.
7.      Sifat Berani (Syaja’ah)
Berani adalah suatu sikap mental seseorang yang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut yang semestinya.
8.      Bersifat Kuat (Al-Quwwah)
Kekuatan pribadi manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a.       Kuat fisik, kuat jasmaniah yang meliputi anggota tubuh.
b.      Kuat jiwa, bersemangat, inovatif dan inisiatif serta optimistik.
c.       Kuat akal, pikiran, cerdas dan cepat mengambil keputusan yang tepat.
9.      Sifat Malu (al-Haya’)
Rangkaian dari sifat ini ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala melanggar peraturan-peraturan Allah.
10.  Memelihara Kesucian Diri (al-‘Iffah)
Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada status khair an-nas (sebaik-baik manusia).
11.  Menempati Janji
Janji ialah suatu ketetapan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya.


            Selain 11 sifat diatas Drs. Moh. Amin juga menjelasakan bahwa ikhlas, syukur, khauf (takut), taubat, tawakkal, zuhud (menghindari kesenangan dunia), dan dzikrul maut (mengingat kematian) merupakan bagian dari akhlak terpuji. Jadi, semua niat atau perbuatan yang mengingatkan kita kepada Allah merupakan bagian dari akhlak mulia atau mahmudah. 

Cara untuk menumbuhkan akhlak terpuji
Dalam mewujudkan akhlak yang mulia sebagaimana sifat-sifat terpuji yang telah dijelaskan diatas, menurut Buya Hamka ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan antara lain:
a.       Membersihkan hati serta mensucikan hubungan dengan Allah SWT
b.      Memperhatikan seluruh perintah dan larangan agama
c.       Belajar melawan kehendak diri dan menaklukkannya kepada kehendak Allah
d.      Menegakkan persaudaraan di dalam islam
Menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan dalam setiap bertingkah laku
           

D.    Pengertian Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah ialah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik.[18][5] Akhlak buruk adalah suatu sifat tercela dan dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.[19][6] Apabila seseorang melaksanakannya niscaya akan mendapatkan nilai dosa dari Allah, karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela di hadapan Allah.
E.     Akibat dari Akhlak Madzmumah
Melakukan perbuatan yang tecela dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Contoh dari akibat perbuatan tercela adalah sebagai berikut:[20][7]
1.      Jika seseorang suka mencaci, maka suatu ketika ia akan dicaci orang pula.
2.      Jika seseorang suka berdusta, suatu saat jika ia berkata benar, orang lain akan tetap tidak percaya, dan ia juga akan dibohongi orang lain.
3.      Hatinya tidak pernah tentram dan bahagia karena kesalahan dan keserakahannyatakut terbongkar oleh orang lain.
4.      Apa yang dicita-citakan tidak akan terkabul, kecuali hanya kejahatan yang mengikuti dirinya.
F.      Bentuk-Bentuk Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)
1.      Sifat Dengki
Dengki menurut bahasa (etimologi) berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena sesuatu yang sangat baik berupa keberuntungan jatuh pada orang lain. Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya.[21][8]
Adapun tanda-tanda orang yang memiliki sifat dengki adalah:[22][9]
a.       Tidak senang melihat orang lain mendapatkan kesenangan
b.      Suka mengumpa
.      Suka mengumpat, mencela, menghina dan memfitnah orang lain.
c.       Ucapannya selalu membuat hati orang lain sakit
d.      Memiliki sifat sombong


2.      Sifat Iri Hati
Kata iri menurut etimologi artinya merasa kurang senang melihat kelebihan atau kesuksesan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung. tidak rela apabila orang lain mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.[23][10]
3.      Sifat Angkuh (Sombong)
Sombong adalah sikap menganggap dirinya lebih daripada yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung daripada orang lain.[24][11]
Dalam QS........menjelaskan bahwasanya, kesombonganah yang mendorong manusia untuk bertengkar dan bersitegang, yang pada gilirannya menimbulkan penghalang yang sangat besar bagi panggilan kebenaran. Oleh karena itu, nash-nash mengatakan bahwa kesombongan merupakan salah satu aib dan kerusakan yang mengancam keutuhan pribadi manusia.[25][12]
4.      Sifat Riya’
Riya’ ialah amal yang dikerjakan dengan niat tidak ikhlas dan variasinya bisa bermacam-macam. Riya’ adalah beramal kebaikan karena didasarkan ingin mendapat pujian orang lain, agar dipercaya orang lain, agar dicintai orang lain, karena ingin dilihat oleh orang lain.[26][13]

Akhlak madzmumah tingkah laku yang tercermin pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain. Contohnya: mencuri, ghibah, riya, dan lain-lain. Orang yang memilki sifat ini, berarti orang tersebut belum bisa menyeimbangkan empat kekuatan yang dimilki manusia, yaitu kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan kekuatan adil terhadap kekuatan marah dan syahwat.
Manusia bisa memiliki akhlak mazmumah karena pada dasarnya manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya, manusia tersebut kurang berzikir dan hanya mengejar kesenangan dunia saja dan megabaikan urusan akhirat


















7.      Dalam pengalaman keagamaan dikenal istilah Sari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat. Jelaskan istilah tersebut dan bagaimana korelasinya dari keempat pengalaman beragama tersebut. Apa hikmah atau pelajaran yang dapat kita petik dari pembelajaran tentang  pengalaman beragama sariat, thariqat, hakikat, dan ma’rifat.
Syari’at, secara bahasa berarti jalan, peraturan, undang-undang tentang suatu perbuatan. Secara istilah, syari’at adalah undang-undang yang dibuat oleh Allah SWT yang tegak diatas dasar iman dan islam, berupa seperangkat hukum tentang perbuatan zhahir/formal manusia yang diatur berdasarkan wahyu Al-Qur’an dan Hadits atau As-Sunnah.
Thariqat, secara etimologi berarti jalan, tempat lalu atau metode. Sedangkan secara terminologi, thariqat adalah suatu jalan atau metode tertentu dalam ibadah yang dilakukan oleh seorang sufi dan diikuti oleh para muridnya dengan tujuan bisa berbeda sedekat mungkin dengan Allah.
Hakikat berasal dari kata “al-Haq” yang berarti kebenaran. Hakikat adalah realitas, senyatanya, dan sebenarnya. Dalam tasawuf, yang real dan yang sebenarnya adalah Allah yang maha benar (al-Haq). Dengan demikian tingkat hakikat berarti dimana seseorang menyaksikan Allah SWT.
Pemahaman lain dari hakikat adalah bahwa hakikat merupakan inti dari setiap tuntunan syari’at. Hakikat dalam pandangan tasawuf adalah inti atau rahasia yang paling dalam dari syariat, rasa, keadaan, dan akhir dari perjalanna yang ditempuh oleh seorang sufi, jika gerak-gerik dan bacaan-bacaan sholat adalah syariat, maka dialog spiritual bertemu antara seorang abid (hamba) dengan mabud (yang disembah) adalah hakikatnya.
Ma’rifat adalah mengenal Allah, baik lewat sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Ma’rifat merupakan puncak dari tujuan tasawuf dan dari semua ilmu yang dituntut dan satu-satunya perbuatan yang paling mulia.
Korelasi atau hubungan antara syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat adalah Syekh Najmuddin Al-Kubro, seperti yang tersebut dalam kitab “jami’ul Auliya” mengatakan bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat merupakan keadaan, dan makrifat merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan tuhan yang sebenar-benarnya. Diberinya teladan itu merupakan keadaan, dan makrifat itu merupakan tujuan pokok, tarekat bersih dari hawa nafsu, pada hakikat bersih hati dari selain Allah, semua itu untuk mencapai makrifat terhadap Allah. Oleh karena itu orang tidak dapat berhenti pada syariat saja, atau mengambil tarekat atau hakikat saja. Ia mengisyaratkan syariat itu dengan sampan, tarekat itu laut, hakikat itu mutiara, orang tidak dapat mencapai mutiara itu dengan tidak melalui kapal dan laut.
Hikmah yang dapat diambil dari pembelajaran syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat yaitu kita bisa lebih bisa memperbaiki diri dengan mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan segala larangannya. Selain itu kita bisa lebih berhati-hati dalam bertindak dan sebisa mungkin selalu berada di jalan Allah.

























































8.        Jelaskan apa yang saudara fahami tentang istilah Maqam dan Ahwal  dalam Tasawuf. Berikan penjelasan aplikasi maqam dan Ahwal dalam kehidupan sehari-hari tiap muslim.

Maqam
Maqam secara bahasa adalah tempat atau kedudukan. Menurut ilmu tasawuf, maqam adalah  kedudukan seorang hamba dihadapan Allah, menurut apa yang mereka usahakan seperti ibadah, latihan-latihan, dan perjuangan menuju Allah. Maqam bisa disebut juga dengan jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk mencapai tingkatan yang paling tinggi pada jangka waktu tertentu.
Contoh maqam dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya kita bertaubat kepada Allah atas segala dosa yang pernah kita lakukan. Taubat sendiri sebagai upaya kita untuk membersihkan diri kita dari penyakit hati dan dari dosa-dosa. Kaitannya taubat dengan maqamat adalah sebagai jalan bagi salik sebagai langkah awal menuju makrifatullah.
Ahwal
Ahwal secara bahasa adalah keadaan atau situasi jiwa. Secara istilah, ahwal berarti keadan jiwa yang menguasai hati. Ahwal yang masuk dalam hati seseorang itu sebagai anugrah yang diberikan Allah kepada manusia. Ahwal bisa datang secara tiba-tiba dan tidak disengaja. Apabila dipelajari lebih dalam lagi, ahwal sendiri sebagai manifestasi tercapainya maqam sesuai dengan hasil spiritual yang sungguh-sungguh dengan amalan-amalan yang baik dengan penuh kepasrahan kepada Allah.
Contoh ahwal dalam kehidupan sehari-hari adalah muraqabah. Muraqabah artinya adalah menjaga atau mengamati tujuan. Secara terminology muraqabah adalah melestarikan pengamatan kepada Allah dengan hatinya. Sehingga manusia mengamati pekerjaan dan hokum-hukum-Nya dan dengan penuh perasaan-Nya. Allah melihat dirinya dalam gerak dan diamnya.

9.      Menjadi pribadi muslim yang taat beragama, berakidah lurus dan kuat, cinta dan taat menjalankan syariat, berakhlak mulia, merupakan pengamalan pelajaran akhlak tasawuf. Coba jelaskan pengalaman pribadi saudara terhadap pernyataan tersebut, setelah mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf.

 (1) Perubahan sikap diantaranya:
Kepribadian; yang sebelumnya tidak tahu mengenai pribadi sendiri menjadi lebih mengenali diri sendiri, sebelumnya sering  mengeluh menjadi menikmati indahnya bersyukur, yang sebelumnya  ragu dan bimbang menjadi percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku  Sosial; yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi  semakin patuh kepada orangtua, yang sebelumnya tidak  mempunyai rasa peduli dengan sesamamenjadi bersimpati kepada orang lain,  yang sebelumnya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya menjadi  perhatian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah;  sebelumnya jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan  sholat, yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin  melaksanakan puasa sunnah, sebelumnya jarang menyentuh al-Qur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an ..
(2) Pengalaman spiritual yang didapatkan: mendapatkan  kenikmatan dalam melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan  merasakan bahwa karomah orangtua benar-benar ada, merasakan
kenikmatan tersendiri ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin  diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta   mendapatkan balasan secara cepat dan  tidak terduga setelah berdoa  dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT.
(3) Cara  mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan memahami ilmu dan wawasan
Tentang : Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud,  Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara sungguh-sungguh dan konsisten sehingga yakin bahwa Allah akan mengangkat  derajat orang yang beriman dan berilmu.

10.    Apa urgensi perkuliahan akhlak tasawuf menurut saudara. Jelaskan pandangan saudara.


Perlunya perkuliahan Akhlaq Tasawuf
Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain:
1. Untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual.
2. Memahami tentang aspek asoteris Islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim.
3. Menegaskan kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam. Tarikat atau jalan rohani (path of soul) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam sebagaimana syariat bersumber dari Al-Quran dan Al- Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi sumber kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam islam (Arief, 2008: 156-158).[27]  

Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis dunia. Seperti ajaran tawakkal pada Allah SWT, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Allah SWT. Selanjutnya sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridha, yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Allah SWT. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud. Demikan pula ajaran ‘uzlah yang terdapat dalam tasawuf. yaitu mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf perlu disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlaq tasawuf (Delia, 1987: 23-25)). Deliar Noer, 1987, Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Mutiara.

Tasawuf telah mengisi dahaga spiritual kehidupan masyarakat yang memang cenderung untuk menurutkan kepada kemauan hawa nafsu. Mempelajari tasawuf akan memberikan wawasan yang kaya kepada kita tentang salah satu khazanah Islam. Akan mengantarkan kita menjadi lebih toleran terhadap segala perbedaan yang ditimbulkan akibat dari praktek-praktek tasawuf. Mempelajari
 tasawuf akan menghindarkan kita terjebak dari dikotomi pembenci dan pemuja tasawuf, dikotomi syari’at dan hakikat, karena sesungguhnya Islam tidak pernah mengenal dikotomi itu. Islam adalah Syari’at dan Hakikat sekaligus, tidak tidak terpisah-pisah apalagi harus dipertentangkan (Nata, 2014:187). Nata, Abuddin, Prof. Dr. H. M.A, 2014, Akhlak Tasaeuf dan Karakter Mulia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tasawuf mengajarkan bagaimana seseorang harus menghiasi dirinya
dengan nilai-nilai akhlaq yang mulia, seperti:
1. Ikhlas
2. Sabar
3. Tawadhu’
4. Ridha
5. Berkata dan berbuat jujur
6. Menampilkan perilaku yang mulia
7. Tawakkal
8. Berbagai praktek akhlaqul karimah lainnya.
Sisi lain dari pentingnya mempelajari tasawuf adalah berkaitan dengan perkembangan masyarakat modern. Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan kehidupan manusia layaknya seperti dewa sebelum ia menjadi manusia yang sesungguhnya. Dengan mempelajari tasawuf akan mengantarkan kita untuk dapat menemukan ketentraman, kedamaian dan menemukan makna hidup yang sesungguhnya di tengah pergumulan kita sehari-hari dengan roda kehidupan yang tidak pernah berhenti.



[1] Zahruddin A.R dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. ( Jakarta: Raja Grafindo, 2004). Hlm. 4
[2] Margiono. Akidah Akhlak. (Bogor: Yudhistira, 2011). Hlm 43-44
[3] Cecep Alba. Tasawuf dan Tarekat. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012). Hlm 9
[4] Cecep Alba. Tasawuf dan Tarekat. Hlm. 12
[5] Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf (Pustaka Setia: Bandung, 2007), hlm. 88.
[6] Yunasril Ali, Pengantar Ilmu Tasawuf (Jakarta : Pedoman ilmu jaya,1987), hlm. 35-36.
[7] Tiswani, Akhlak Tasawuf (Bina Pratama: Jakarta,2007), hlm. 95-96.
[8] Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 90.
[9] Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf , hlm. 91-92.
[10] Tiswani, Akhlak Tasawuf , hlm. 98-99.
[11] Abdul Haris dan Majid Khon. Al-Hadis. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009). Hlm. 182   
[12]http:// mamangsuryadi. blogspot.co.id/ 2012/ 05/ 07- Sunnah-harian-rasulullah-SAW.html. diakses pada tanggal 19 maret 2016 pukul 21.11 WIB.  
[13] http://warohmah.com/keutamaan-berdzikir/  diakses pada 31 oktober 2016

[14][1] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf (Surabaya: IAIN SA Press,2012),153
[15][2] Ibid, 156-158
[16][3] Drs. Moh. Amin, 10 induk akhlak terpuji (Jakarta: kalam mulia,1997),41
[17][4] Tim penyusun MKD,,,,,,,,158
[18][5] Ibid, hal 183
[19][6] Ibid, hal 185
[20][7] Ibid, hal 194-195
[21][8] Ibid, hal 195
[22][9] Ibid, hal 197
[23][10] Tim penyusun MKD IAIN SA,,,,,,hal 199
[24][11] Ibid, hal 202
[25][12] Sayyid Hasyim RM, Akibat Dosa, (Bandung: Pustaka Hidayah,1996),182-183
[26][13] Ibid, hal 205
[27] Arief, Romly. Kuliah Akhlak Tasawuf . Jombang . : Unhasy Press 2008.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Blogger dan Wordpress

ALAT PERAGA FISIKA