Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran


2.1 Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran[1]
          Banyak guru yang kurang menaruh perhatian terhadap media pembelajaran ketika mengajar di hadapan siswanya. Mereka hanya mengandalkan ucapan dirinya seperti mereka diajar oleh gurunya pada waktu sekolah zaman dahulu. Menurutnya, kalau topik pelajaran atau KD sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti. Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat informasi yang melekat dalam memorinya. Belajar dengan menggunakaan media justru akan lebih mempermudah siswa untuk menangkap konsep yang ditambatkan ke dalam memorinya.
Peran media dalam proses belajar mengajar sangatlah penting untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang efektif dapat menumbuhkan sikap ketertarikan siswa terhadap suatu konsep. ”Media pembelajaran yang digunakan dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran” (Brown, dalam Gunawan, 2009:1). Pada awal perkembangannya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang berupa alat bantu visual,  sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka penggunaan media visual dilengkapi dengan audio, hingga saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing – masing sejalan dengan filsafat. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal – hal berikut :
1.  Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2.  Perilaku yang digariskandalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Jadi Pentingnya media pembelajaran yang beraneka ragam jenisnya tentunya tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media pembelajaran. menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni :
1.              Ketepatan media dengan tujuan pengajaran
2.              Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
3.              Kemudahan memperoleh media
4.              Keterampilan guru dalam menggunakannya
5.              Tersedia waktu untuk menggunakannya 
6.              Sesuai dengan taraf berfikir anak.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkin siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.
Dengan mengembangkan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.
2.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Media Pembelajaran
Adapun prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran yaitu:
a.       Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik bahasan.
b.      Program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau intruksional.
c.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
d.      Mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e.       Menyiapkan kerangka (outline) isi pelajaran.
f.       Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai tujuan.
g.      Membuat storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.
2.2 Prosedur-prosedur Pengembangan Media Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:[2]
1)      Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan. namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan  yang dimiliki siswa.


2)      Merumuskan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan.[3] Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu:
a.       Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa.[4] Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b.      Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[5]
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:[6]
Kata Kerja Operasional  :
Membedakan
Mengidentifikasi
Menuliskan
Memecahkan
Menyusun
Membandingkan
Membuat
Dan sebagainya.              
Kata Kerja tidak Operasional :
Mengerti
Mengetahui
Menghargai
Percaya
Menyukai
Dan sebagainya.



Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A =         Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B =          Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C =          Condition adalah menyebutkan  kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D =         Degree  adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.[7]


Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran:

Setelah mengikuti praktek sholat, siswa kelas 6 MI  dapat mempraktekkannya
                 (C)                                        (A)                           (B)
(sholat) dengan benar
                        (D) 

Siswa kelas VI SD   dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di
                (A)                                        (B)
Indonesia dengan benar
                      (D)

Dalam kurikulm berbasis kompetensi tujuan ini dirumusan dengan kompetensi berjejang dari:
b.             Standar Kompetensi
Yaitu kompetensi atau kemampuan yang distandarkan untuk jenjang, kelas, dan semester tertentu.
c.             Kompetensi Dasar
Yaitu kemampuan-kemampuan pokok yang membentuk kompetensi atau yang tercakup dalam kompetensi yang distandarkan tesebut. Kompetensi dasar ini merupakan penjabaran lebih rinci dari standar kompetensi.
d.            Indikator
Merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oeh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pegetahuan, dan keterampilan.

3)      Mengembangkan materi pembelajaran
Dalam pengembangan materi, tindakan yang dilakukan selanjutnya menganalisis tjuan-tujuan yang telah ditetapkan menjadi sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan yang disusun secara baik, sehingga diperoleh bahan pengajaran yang terperinci yang dapat mendukung tujuan tersebut. Daftar kemampuan itulah yang menjadi bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa. Dengan cara tersebut dapat diperoleh bahan pembelajaran yang lengkap dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah daftar pokok-pokok materi pembelajaran dapat tersusun dengan baik, selanjutnya mengorganisasikan urutan-urutan penyajiannya, yakni dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal yang rumit, dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak, dari yang bersifat khusus ke hal-hal yang umum.[8]Ada beberapa jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a)       Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran.
b)      Konsep yaitu segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran.
c)       Prinsip yaitu berupa hal-hal utama,pokok,  dan memiliki posisi terpenting.
d)      Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu system.
e)       Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap.
Penentuan materi pembelajaran dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut[9]:
a)      Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan,karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
b)      Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya.
Materi yang dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.

4)      Merumuskan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis.[10] Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.[11]
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.

Sebagai salah satu contoh tentang instrumen pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut:Rumusan Tujuan              Rumusan Materi              Instrumen Pengukur (Tes)
Siswa dapat menyebutkan jenis kalimat dalam bahasa arab         Jenis-jenis kalimat dalam bahasa arab    Sebutkan Jenis-jenis kalimat dalam bahasa arab!



5)      Menulis naskah Media

Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan  penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.[12]
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.[13] Dalam teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.[14]
a.       Treatment
Treatment adalah uraian berbentuk esai yang menggambarkan alur penyajian program yang dibuat, biasanya ditulis sebelum naskah siap. Dengan adanya treatment tersebut kita mendapat gambaran yang jelas tentang urutan-urutan visual yang Nampak pada media atau narasi dan percakapan yang menyertainya. Apapun yang akan dilakukan harus tercantum dalam treatment tersebut, dan dengan adanya treatment maka akan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya.
b.      Story Board
yang dimaksud dengan story board adalah gambar-gambar yang digrafiskan dalam kolom-kolom naskah yang dibuat pada kertas atau kartu-kartu dalam ukuran yang kemudian disusun menurut ukran penyajian yang sesuai dengan isi naskah dan biasanya terletak di sebelah kiri kolom. Sedangkan di sebelah kanan berisi suara-suara pelak atau music yang mengiringinya.
c.       Penulisan naskah
Setelah treatmen disususn dengan baik sehingga dapat tergambar apa yang akan dilakukan, maka tugas selanjutnya adalah penulisan naskah yang sesuai dengan topic pembelajaran yang dikembangkan. Penulisan naskah audio lebih banyak bersifat pendengaran sehingga script yang ditulis harus indah dan menarikuntuk didengar. Sedangkan pada media film atau film bingkai, di samping suara juga penampilan gambar yang lebih sesuai dengan alur cerita.[15]

6)      Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi

Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.[16]
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertimbangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.[17]
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.[18]
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran diantaranya adalah :
a)      Evaluasi satu lawan Satu
Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan.[19]
b)      Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang. [20]
c)      Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.[21]
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setelah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk flowchart maka akan diperoleh model pengembangan sebagai berikut[22]:

 Perumusan butir materi

 Identifikasi kebutuhan

 Perumusan tujuan

 Perumusan alat pengukur keberhasilan

 Penulisan naskah media

 Tes/uji coba

 revisi

 Naskah siap produksi







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran:
a.       Menyesuakan perkembangan IPTEK.
b.      Mencapai tujuan pembelajaran
c.       Menumbuhkan sikap ketertarikan siswa pada suatu konsep.
Kriteria Pengembangan Media Pembelajaran
a.       Ketepatan media dengan tujuan pengajaran
b.      Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
c.       Kemudahan memperoleh media
d.      Keterampilan guru dalam menggunakannya
e.       Tersedia waktu untuk menggunakannya,(tidak malah membuang2 waktu, ada waktu khusus untuk menggunakan media tersebut) dan 
f.       Sesuai dengan taraf berfikir anak.
Prinsip-prinsip Pengembangan Meda Pembelajaran:
a.       Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik bahasan.
b.      Program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau intruksional.
c.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
d.      Mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e.       Menyiapkan kerangka (outline) isi pelajaran.
f.       Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai tujuan.
g.      Membuat storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.



         
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman, Arief S. dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press
Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo



[1] http://kholidsibagariang.blogspot.com/2012/07/pentingnya-mengembangkan-media.html

[2] Asnawir dan Bsyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press. Hal: 136
[3] Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 102
[4] Ibid. hal: 103
[5] Ibid. hal: 104
[6] Ibid. hal: 105
[7] Ibid. hal: 107
[8] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[9] http://isaansori888.blogspot.com/2013/03/prosedur-pengembangan-media-pembelajaran.html
[10] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 110
[11] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[12] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 112
[13] Ibid.Hal: 112
[14] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 140

[15] Ibid. Hal: 141
[16] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 174
[17] Ibid. Hal: 174
[18] Ibid. Hal: 174
[19] Ibid. Hal: 175
[20] Ibid. Hal: 177
[21] Ibid. Hal: 178
[22] Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo, hal 98
64
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BAGI ABK
Makalah
Disampaikan pada Diklat Profesi Guru PLB Wilayah X Jawa Barat
Bumi Makmur, Lembang Bandung 2008
Oleh
Drs. Yuyus Suherman,M.Si
Bandung, 2009
65
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh Drs. Yuyus Suherman,MSi
A. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam proses komunikasi, media merupakan apa saja yang
aiengantarkan atau membawa informasi ke penerima informasi. Di dalam proses
belajar mengajar yang pada hakikatnya juga merupakan proses komunikasi,
informasi atau pesan yang dikomunikasikan adalah isi atau bahan ajar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum, sumber informasi adalah guru, penulis buku atau tadul,
perancang dan pembuat media pembelajaran lainnya; sedangkan penerimaan
informasi adalah siswa atau warga belajar. Pengertian media pembelajaran bervariasi.
Ada ahli media yang wiembuat definisi yang menagcu hanya pada alat atau
perangkatkeras, ada juga yang menonjolkan perangkat lunak. Contoh definisi yang
mengacu pada perangkat keras adalah definisi yang dikemukakan oleh
Schramm dan Briggs (Sudjana & Rivai, 2002: 4). Schramm mendefinisikan media
pembelajaran sebagai teknologi pembawa informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk proses belajar mengajar; sedangkang Briggs mendifikasikannya sebagai
sarana fisik untuk menyampaikan bahan ajar.
Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah
alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik
(1994) di mana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar
dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media
komunikasi. Sementara itu, Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2006:4) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
66
recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional yang
dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak, National Education
Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, atau dibaca.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media, dapat dikemukakan ciriciri
umum yang terkandung pada media adalah:
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau
diraba dengan pancaindera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yangterdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di iuar kelas.
5. Media Pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau
perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/ kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Kemp & Dayton (1995;3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitian
67
yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral
pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai
berikut: Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap siswa yang melihat atau
mender.gar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru
menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media
ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat
disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi
lebih lanjut.
Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik
perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan
kerunhitan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang
dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa clan berpikir, yang
kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan
meningkatkan minat. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa,
umpan balik, dan penguatan. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat
dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat
untuk mengantarkan pesanpesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan
bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan
dengan baik, spesifik, dan jelas. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana
diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka
pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.Peran guru dapat berubah ke
arah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan
perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai
konsultan atau penasihat siswa.
68
Dale dalam Arsyad (2006:18) mengemukakan bahwa bahanbahan audiovisual
dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam
system pendidikan moderen saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan
materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat
terealisasi :meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas; 2.
membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;menunjukkan hubungan antara
mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar
siswa;membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa; membuat hasil
belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.
Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil
belajar; memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu
siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari; melengkapi pengalaman
yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat
dikembangkan; memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka
membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (2002;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar siswa, yaitu : pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; bahan pembelajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya
menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak se mata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru
mengajar pada setiap jam pelajaran; Siswa dapat lebih banyak melakukan
kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
69
memerankan, dan lainlain. Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik
(1994:15) merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut: Meletakkan dasardasar
yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.,
Memperbesar perhatian siswa. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan
belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. Memberikan pengalaman
nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan
cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian clan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan
beberapa fungsi media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut
:Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Media
pembelajaran dapat meningkatkan clan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa clan
lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan clan minatnya. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan
indera, ruang, dan waktu; a. objek atau benda yang terlalu besar untuk
ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita,
film, radio, atau model; b. objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak
oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar; c.
kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat
ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal. d.
objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara
konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer; e. kejadian atau
percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti
komputer, film, dan video.f. peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung
70
berapiatau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman
untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya
melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Penggunaan gambar clan foto serta grafik dalam contoh di atas adalah salah satu cara.
pembelajaran dengan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat
mempertinggi proses dan basil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir
siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir
kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke
berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan
berpikir tersebut sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat
dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pembelajaran dalam
proses belajar-mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan basil
belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pembelajaran tanpa
media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas
pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2002; 9)Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa fungsi media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai:alat untuk
memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini
media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan
pembelajaran. alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih
lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
Sungguhpun demikian media sebagai alat clan sumber pembelajaran
71
tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal
yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peranan guru masih
tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pembelajaran yang
diperlukan oleh siswa.
C. Klasifikasi Media Pembelajaran
Bretz dalam Arief dkk. (1996:38) mengelompokkan media pembelajaran
ke dalam delapan kelompok besar berdasarkan unsur pokok yang terkandung di
dalamnya (suara gambar, grafik garis, simbol verbal tercetak, dan gerak). Kedelapan
kelompok itu adalah: 1) Media cetak; ukuran utamanya simbol verbal, 2) Media
audio; unsur utamanya suara, 3) Media semi gerak; unsur utamanya garis, simbol
verbal, clan gerak, 4) Media visual diam; unsur utamanya garis, simbol verbal, dan
gambar, 5) Media visual gerak; unsur utamanya gambar, garis, simbol verbal,
clan gerak. 6) Media audio; unsure utamanya suara, dan simbol verbal 7) Media
audio visual diam; unsur utamanya suara, gambar, garis, dan simbol verbal, 8) Media
audio visual gerak; unsur utamanya mencakup kelima - limanya yaitu suara, gambar,
garis, simbol verbal dan gerak
Berbeda dengan Bretz, Kemp dalam Arsyad (2006;42)
mengelompokkan media pembelajaran yang banyak digunakan sebagai sumber
belajar di lingkungan pendidikan dan pelatihan berdasarkan cara pengoperasiannya,
dia membagi media atas enam kelompok yaitu :1) Benda nyata, 2) Bahan yang tidak
diproyeksikan, seperti: bahan cetak, papan tulis, bagan balik (flip chart), diagram,
bagan, Grafik, foto, 3) Rekaman audio audio dalam kaset atau piringan, 4) Gambar
diam yang diproyeksikan, seperti; Slide (film bingkai), film rangkai, OHT
(transparansi). Program Komputer, 5) Gambar bergerak yang diproyeksikan, Contoh :
film, rekaman video, 6) Gabungan media, seperti bahan dengan pita video, slide
dengan pita audio, film rangkai dengan pita audio, mikrofilm dengan pita audio,
komputer interaktif dengan pita audio atau piringan video.
72
Pengelompokan media oleh Leshin, Pollock & Reigeluth dalam Arsyad,
(2006:36) dibagi dalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (guru,
instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-trap); (2) media berbasis
cetak (buku, penuntun, buku latihan (zvorkbook), alat bantu kerja, dan lembaran
lepas); (3) media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar,
transparansi, slide); (4) media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape,
televisi); dan (5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer,
interaktif video, hypertext).
1. Media Berbasis Manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan
untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini
bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara
langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa. Salah satu faktor penting
dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang
interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam proses belajar maka
kesempatan interaksi semakin terbuka lebar. Pelajaran interaktif yang terstruktur
dengan baik bukan hanya lebih menarik tetapi juga memberikan kesempatan untuk
percobaan mental dan pemecahan masalah yang kreatif. Disamping itu, pelajaran
interaktif mendorong partisipasi siswa dan jika digunakan dengan baik dapat
mempertinggi hasil belajar dan pengalihan pengetahuan.
2. Media Berbasis Cetakan
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah
buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis
cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu
konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis
teks adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun
dan penarik perhatian kepada informasi yang penting, misatnya kata kunci dapat
73
diberi tekanan dengan cetakan warna merah. Selanjutnya, huruf yang dicetak tebal atau
dicetak miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Informasi
penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak. Penggunaan
garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin dihindari karena membuat kata
itu sulit dibaca.
Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses
belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi
struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan
minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia
nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan
terjadinya proses informasi. Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti
gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi
materia; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur
dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan
gambaran/kecenderungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angkaangka.
3.. Media Berbasis Audio-Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan
pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang
diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang
memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Naskah yang
menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesis ke dalam apa
yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. ti arasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi
untuk memikirkan bagaimana video menggambarkan atau visualisasi materi
pelajaran. Pada awal pelajaran media harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat
menarik perhatian semua siswa. Hal ini diikuti dengan jalinan logis keseluruhan
74
program yang dapat membangun rasa berkelanjutansambung-menyambung
dan kemudian menuntun kepada kesimpulan atau rangkuman. Kontinuitas
program dapat dikembangkan melalui penggunaan cerita atau permasalahan yang
memerlukan pemecahan.
5. Media Berbasis Komputer
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang
pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran
yang dikenal dengan nama ComputerManaged Instruction (CMI). Ada pula peran
komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya
meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini
dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran
dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer
dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan
dengan media komputer.
Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial
terprogram, tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi: Tutorial
terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah
lebih dahulu diprogramkan. Secara berurut, seperangkat kecil informasi
ditayangkan yang diikuti dengan pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh
komputer (dibandingkan dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah
diprogram oleh guru /perancang), dan berdasarkan hasil analisis itu umpan balik
yang sesuai. Urutan linear dan urutan bercabang digunakan. Penetapan kapan
bercabang dimaksudkan untuk penyajian materi pelajaran tambahan berdasarkan
hasil analisis perkembangan siswa setelah menyelesaikan beberapa latihan dan
tugas. Semakin banyak alternatif cabang yang tersedia, semakin luwes program
tersebut menyesuaikan dengan perbedaan individual siswa. Media tambahan lain
biasanya digabungkanuntuk format tutorial terprogram, seperti tugas-tugas
75
bacaan berbasis cetak, kegiatan kelompok, percobaan laboratorium, kegiatan
latihan, simulasi, dan interaktif dengan videodisc. Manfaat tutorial terprogram akan
tampak jika menggunakan kemampuan teknologi komputer untuk bercabang
dan interaktif.
Tutorial intelijen berbeda dari tutorial terprogram karena jawaban
komputer terhadap pertanyaan siswa dihasilkan oleh intelegensia artifisial, bukan
jawaban-jawaban yang terprogram yang terlebih dahulu disiapkan oleh perancang
pelajaran. Dengan demikian, ada dialog dari waktu ke waktu antara siswa dan
komputer. Baik siswa maupun komputer dapat bertanya atau memberi jawaban.Drill
and practice digunakan dengan asumsi bahwa suatu konsep, aturan atau kaidah,
atau prosedur telah diajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan
serangkaian contoh untuk meningkatkan kemahiran menggunakan keterampilan. Hal
terpenting adalah memberikan penguatan secara konstan terhadap jawaban yang
benar. Tugas/perilaku kompleks seringkali memerlukan keterampilan yang harus
secara otomatis dilakukan, terutama keterampilan yang dikerjakan dengan
kecepatan dan ketepatan. Keterampilan seperti ini hanya dapat dikuasai dengan
mempelajarinya melalui latihan yang ekstensif. Latihan ekstensif yang
dapat memberikan hasil penguasaan otomatis adalah melalui format kegiatan drill and
practice pada komputer.
Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis,
interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan yang
kompleks dapat ditata hingga menverupai dunia nyata. simulasi yang
menyangkut hidup-mati seperti pada bidang kedokteran atau penerbangan dan
pelayaran sangat bermanfaat jika tidak dikatakan merupakan cara terbaik untuk
memperoleh pengalaman "nyata". Keberhasilan simulasidipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu skenario, model dasar, clan lapisan pengajaran. Skenario harus mencerminkan
kehidupannyata. Ia menentukan apa yang terjadi clan bagaimana hal itu terjadi, siapa
karakternya, objek apa yang ikut terlibat, apa peran siswa, dan bagaimana siswa
76
berhadapan dengan simulasi itu.
Untuk mensimulasikan suatu situasi, komputer harus menanggapi
tindakan siswa seperti halnya yang terjadi dalam situasi kehidupan
sesungguhnya. Model dasar merupakan faktor kedua yang turut mempengaruhi
keberhasilan simulasi. Model adalah formula matematis atau aturan "jikamaka"
yang mencerminkan hubungan sebab dan akibat dalam pengalaman hidup
nyata. Lapisan pembelajaran adalah taktik dan strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran clan motivasi. Konsep interaktif
dalam pembelajaran paling erat kaitannya dengan media berbasis komputer.
Interaksi dalam lingkungan pembelajaran berbasis komputer pada umumnya
mengikuti tiga unsur, yaitu (1) urut-urutan instruksional yang dapat disesuaikan, (2)
jawaban/respons atau pekerjaan siswa, dan (3) umpan balik yang dapat disesuaikan.
Untuk melibatkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi, tugas-tugas yang
disajikan melalui media ini harus mampu memperkenankan dan memperhitungkan
jawaban benar yang lebih dari satu, kreativitas, dan perbedaan pemecahan yang
disebabkan oleh pengetahuan awal siswa yang tidak homogen.
2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Setiap jenis media mempunyai karakteristik atau ciri tertentu clan masingmasingnya
memiliki kelebihan clan kekurangan. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan media untuk dikembangkan clan digunakan. Yang
pertama dan terutama sekali adalah kesesuaiannya dengan materi dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Oleh karena media merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi pembelajaran, dan
alokasi waktu juga perlu dipertimbangkan. Selain itu bagi media tertentu yang
memerlukan fasilitas pendukung, perlu dipertimbangkan apakah fasilitas itu tersedia
atau tidak; dan bagi media yang harganya atau biaya pembuatannya mahal juga
perlu dipertimbangkan efektifitas biaya dalam jangka waktu lama. Adakalanya, ada
media yang kalaupun biayanya mahal tetapi penggunaannya dapat berulang77
ulang dalam jangka waktu yang panjang, sebaliknya ada media yang walaupun
biaya pembuatan murah, karena hanya dapat digunakan untuk sekali waktu saja,
akhirnya kalau dihitung untuk jangka panjang, malah jadi lebih mahal.
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan
medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu
mempertinggi proses pembelajaran.Sebuah poster sederhana yang dapat menggugah
pentingnya memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran
film mengenai gambaran sebuah kota yang bersih, untuk sekadar mencapai tujuan
pembelajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian
juga gambar peta Jawa Barat yang dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat
yang tinggi dibandingkan dengan globe yang mahal harganya, apabila tujuannya
hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Barat.
Oleh sebab itu, penggunaan media pembelajaran sangat bergantung kepada
tujuan pengajaran, bahah pembelajaran, kemudahan memperoleh media yang
diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan
media pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Pertama, guru
perlu memiliki pemahaman media pengpjaran antara lain jenis clan manfaat media
pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pembelajaran,
menggunakan media sebagai, alat bantu mengajar clan tindak lanjut penggunaan media
dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pembelajaran
sederhana untuk keperluan pembelajaran, terutama media dua dimensi atau media
grafis, clan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga,
pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media
dalam proses pembelajaran. Menilai keefektifan media pembelajaran penting bagi
guru agar ia bisa menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau
tidak selalu diperlukan dalam pembelajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang
dicapai siswa. Apabila penggunaan media pembelajaran tidak mempengaruhi proses
78
dan kualitas pembelajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan
perlu mencari usaha lain di luar media pembelajaran.
Dalam rrmemilih media untuk kepentingan pembelajaran menurut
Sudjana & Rivai (2002:34) sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai
berikut: a)Ketepatannya dengan tujuan pelajaran; artinya media pembelajaran
dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan
instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih
memungkinkan digunakannya media pembelajaran. b) Dukungan terhadap isi
bahan ajar; artinya bahan ajar yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi
sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. c) Kemudahan
memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh,
setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
Umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana
dan praktis penggunaannya. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun
jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam
proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya,
tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belgjar
siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan
alatalat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat
menggunakannya dalam pembelajaran untuk mempertinggi kualitas
pembelajaran.Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan taraf
berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pembelajaran harus sesuai
dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya
dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau
proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya.
Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang
menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa
yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.
79
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah ,
menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah
tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pembelajaran
jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni
mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media
bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi
kualitas belajar dan mengajar.
Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya
pembelajaran Arsyad (2006:38) menjelaskan setidak-tidaknya digunakan guru pada
situasi sebagai berikut. a) Perhatian siswa terhadap pembelajaran sudah berkurang
akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal
oleh guru mengenai bahan pembelajaran biasanya sering membosankan apalagi bila
cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan
mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para
siswa. b) Bahan pembelajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam
situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas
pemahaman siswa mengenai bahan pembelajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam
bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan
dengan isi bahan pembelajaran.Terbatasnya sumber pembelajaran. Tidak semua
sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pembelajaran ada dalam
buku sumber. Situasi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam
bentuk media. misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi
siswa, demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain. Guru tidak
bergairah untuk menjelaskan bahan pembelajaran melalui penuturan kata-kata akibat
terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat
menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan
bagan atau grafik dan siswa diminta memberi analisis atau menjelaskan apa yang
tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun kelompok.
80
Bacaan Lebih Lanjut
Ayres, Jean. A. (1980) Sensory Integration and Learning Disorder, USA ;
Western Psychological Services
Bischofberger, Eva (1988) Terapi Psikomotor, alih bahasa Anna Alisyahbana
(l988), Bandung; Surya Kanti
Lerner, Janet W (1988) Learning Disabilities, Theories, Diagnosis, and Teaching
Strategies, Boston ; Houghton Mifflin Company
Wehman, paul at.al (1981), Program development in Special Education:
Desigen Individualized Education program, Mc Graw Hill
Book Company
Weswood, Peter (1993) Commonsense methods for children with Special needs
(Strategies for the reguler clasroom) secend edition, London and New
New York York.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Blogger dan Wordpress

ALAT PERAGA FISIKA