Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran
2.1 Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran[1]
Banyak guru
yang kurang menaruh perhatian terhadap media pembelajaran ketika mengajar di
hadapan siswanya. Mereka hanya mengandalkan ucapan dirinya seperti mereka
diajar oleh gurunya pada waktu sekolah zaman dahulu. Menurutnya, kalau topik
pelajaran atau KD sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti.
Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat
informasi yang melekat dalam memorinya. Belajar dengan menggunakaan media
justru akan lebih mempermudah siswa untuk menangkap konsep yang ditambatkan ke
dalam memorinya.
Peran media dalam proses belajar mengajar sangatlah penting
untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang
efektif dapat menumbuhkan sikap ketertarikan siswa terhadap suatu konsep.
”Media pembelajaran yang digunakan dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran”
(Brown, dalam Gunawan, 2009:1). Pada awal perkembangannya, media pembelajaran
hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang berupa alat bantu visual, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka
penggunaan media visual dilengkapi dengan audio, hingga saat ini penggunaan
alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti
adanya komputer dan internet.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing – masing sejalan
dengan filsafat. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
intruksional khusus dari bahan tersebut.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah hal – hal berikut :
1. Daya serap
terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang
digariskandalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara
individual maupun kelompok.
Jadi Pentingnya media pembelajaran yang beraneka ragam
jenisnya tentunya tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam
kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan
pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat,
maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria dan langkah-langkah
pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik
dalam memilih media pembelajaran. menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni :
1.
Ketepatan media dengan tujuan pengajaran
2.
Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
3.
Kemudahan memperoleh media
4.
Keterampilan guru dalam menggunakannya
5.
Tersedia waktu untuk menggunakannya
6. Sesuai
dengan taraf berfikir anak.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan
dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program
pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer,
memungkin siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat
oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak
sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar. Perlu kita
sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak
justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.
Dengan mengembangkan media, proses pembelajaran menjadi
lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan.
Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa
menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai
sumber belajar yang diperlukan.
2.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Media Pembelajaran
Adapun prinsip-prinsip pengembangan media pembelajaran
yaitu:
a.
Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi
topik bahasan.
b. Program yang
dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau
intruksional.
c. Merumuskan
tujuan yang akan dicapai.
d. Mengevaluasi
karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e. Menyiapkan
kerangka (outline) isi pelajaran.
f.
Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai
tujuan.
g. Membuat
storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan
penuntun pada saat mengambil gambar.
2.2 Prosedur-prosedur Pengembangan Media Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran
terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan,
produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau
rancangan pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan
langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6
(enam) langkah sebagai berikut:[2]
1) Menganalisis
kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan
antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita
mengharapkan siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara
mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud,
dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga
perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan
pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara
mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat
disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang
sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula
dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk
rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).contoh
melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan
rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari,
selalu berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan. namun dalam kenyataannya
tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana
meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan
dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media
dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan
dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
2) Merumuskan
tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan.[3] Dalam proses
belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting.
Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi
kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa
setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan
tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat,
yaitu:
a. Tujuan
instruksional harus berorientasi kepada siswa.[4] Artinya tujuan instruksional
itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau
diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b. Tujuan harus
dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu
menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[5]
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah
sebagai berikut:[6]
Kata Kerja Operasional :
Membedakan
Mengidentifikasi
Menuliskan
Memecahkan
Menyusun
Membandingkan
Membuat
Dan sebagainya.
Kata Kerja tidak Operasional :
Mengerti
Mengetahui
Menghargai
Percaya
Menyukai
Dan sebagainya.
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur
pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan
Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A = Audience adalah
menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B = Behavior
adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan
setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition
adalah menyebutkan kondisi yang
bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau
keterampilannya
D = Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal
yang diharapkan dapat dicapai.[7]
Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti praktek sholat, siswa kelas 6 MI dapat mempraktekkannya
(C)
(A) (B)
(sholat) dengan benar
(D)
Siswa kelas VI SD
dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di
(A) (B)
Indonesia dengan benar
(D)
Dalam kurikulm berbasis kompetensi tujuan ini dirumusan
dengan kompetensi berjejang dari:
b. Standar
Kompetensi
Yaitu kompetensi atau kemampuan yang distandarkan untuk
jenjang, kelas, dan semester tertentu.
c.
Kompetensi Dasar
Yaitu kemampuan-kemampuan pokok yang membentuk kompetensi
atau yang tercakup dalam kompetensi yang distandarkan tesebut. Kompetensi dasar
ini merupakan penjabaran lebih rinci dari standar kompetensi.
d.
Indikator
Merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
oeh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pegetahuan, dan
keterampilan.
3) Mengembangkan
materi pembelajaran
Dalam pengembangan materi, tindakan yang dilakukan
selanjutnya menganalisis tjuan-tujuan yang telah ditetapkan menjadi sub-sub
kemampuan dan sub-sub keterampilan yang disusun secara baik, sehingga diperoleh
bahan pengajaran yang terperinci yang dapat mendukung tujuan tersebut. Daftar
kemampuan itulah yang menjadi bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa.
Dengan cara tersebut dapat diperoleh bahan pembelajaran yang lengkap dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah daftar pokok-pokok materi pembelajaran dapat
tersusun dengan baik, selanjutnya mengorganisasikan urutan-urutan penyajiannya,
yakni dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal yang rumit, dari hal-hal yang
konkrit ke hal-hal yang abstrak, dari yang bersifat khusus ke hal-hal yang umum.[8]Ada
beberapa jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Fakta yaitu
segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran.
b) Konsep yaitu
segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil
pemikiran.
c) Prinsip yaitu
berupa hal-hal utama,pokok, dan memiliki
posisi terpenting.
d) Prosedur
merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu
aktivitas dan kronologi suatu system.
e) Sikap atau
nilai merupakan hasil belajar aspek sikap.
Penentuan materi pembelajaran dapat menempuh langkah-langkah
sebagai berikut[9]:
a) Identifikasi
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau
dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan,karena setiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk
ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
b) Identifikasi
jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya.
Materi yang dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat
agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan
mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru
mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi, metode, media dan sistem evaluasi yang
berbeda-beda.
4) Merumuskan
Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih
dahulu sebelum naskah program ditulis.[10] Dan alat pengukur ini harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi
pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes,
pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.[11]
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media,
ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan
alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes
tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan
penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau
dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah
letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang
media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
Sebagai salah satu contoh tentang instrumen pengukur
keberhasilan dari media yang dikembangkan oleh guru adalah sebagai
berikut:Rumusan Tujuan Rumusan
Materi Instrumen Pengukur
(Tes)
Siswa dapat menyebutkan jenis kalimat dalam bahasa arab Jenis-jenis kalimat dalam bahasa arab Sebutkan Jenis-jenis kalimat dalam bahasa
arab!
5) Menulis naskah
Media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran
melalui media rancangan yang merupakan
penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik
seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat
disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan
atau gambar yang kita sebut naskah program media.[12]
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita
dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar
dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu
diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.[13] Dalam teknis
penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal
dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment,
penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai
naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada
prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha
memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan
gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara
atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut
dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau
grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca
narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.[14]
a. Treatment
Treatment adalah uraian berbentuk esai yang menggambarkan
alur penyajian program yang dibuat, biasanya ditulis sebelum naskah siap.
Dengan adanya treatment tersebut kita mendapat gambaran yang jelas tentang
urutan-urutan visual yang Nampak pada media atau narasi dan percakapan yang
menyertainya. Apapun yang akan dilakukan harus tercantum dalam treatment
tersebut, dan dengan adanya treatment maka akan dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam pengembangan naskah selanjutnya.
b. Story Board
yang dimaksud dengan story board adalah gambar-gambar yang
digrafiskan dalam kolom-kolom naskah yang dibuat pada kertas atau kartu-kartu
dalam ukuran yang kemudian disusun menurut ukran penyajian yang sesuai dengan
isi naskah dan biasanya terletak di sebelah kiri kolom. Sedangkan di sebelah
kanan berisi suara-suara pelak atau music yang mengiringinya.
c. Penulisan naskah
Setelah treatmen disususn dengan baik sehingga dapat
tergambar apa yang akan dilakukan, maka tugas selanjutnya adalah penulisan
naskah yang sesuai dengan topic pembelajaran yang dikembangkan. Penulisan
naskah audio lebih banyak bersifat pendengaran sehingga script yang ditulis
harus indah dan menarikuntuk didengar. Sedangkan pada media film atau film
bingkai, di samping suara juga penampilan gambar yang lebih sesuai dengan alur
cerita.[15]
6) Mengadakan
penilaian (evaluasi media) dan revisi
Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau
mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan
tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh
pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau
sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya,
maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau
kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala
media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.[16]
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran,
pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini
berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan
media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek
psikologis perlu dipertimbangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat
orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya
belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat),
gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar
kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui
perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu
dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang
dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang
dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang
telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media
pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.[17]
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran
(dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data
tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan
agar lebih efektif dan efisien.[18]
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan
disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media
tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut
benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang
kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media
pembelajaran diantaranya adalah :
a) Evaluasi satu
lawan Satu
Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang
siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari
media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual.
Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya,
sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah
dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan
yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata.
Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis
populasi target dipertimbangkan.[19]
b) Evaluasi
kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang
siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal,
sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau
informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk
dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan
karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang
kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan
latar belakang. [20]
c) Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif
yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin
dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah
media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita
buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih
sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti
kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan
belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.[21]
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan
telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya
adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi
setelah dilakukan produksi ternyata setelah disebarkan atau disajikan ada
beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar
atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan
(revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan
mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk
flowchart maka akan diperoleh model pengembangan sebagai berikut[22]:
Perumusan butir
materi
Identifikasi
kebutuhan
Perumusan tujuan
Perumusan alat
pengukur keberhasilan
Penulisan naskah
media
Tes/uji coba
revisi
Naskah siap produksi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya Pengembangan Media Pembelajaran:
a. Menyesuakan
perkembangan IPTEK.
b. Mencapai tujuan
pembelajaran
c. Menumbuhkan
sikap ketertarikan siswa pada suatu konsep.
Kriteria Pengembangan Media Pembelajaran
a. Ketepatan
media dengan tujuan pengajaran
b. Dukungan
terhadap isi bahan pelajaran
c. Kemudahan
memperoleh media
d. Keterampilan
guru dalam menggunakannya
e. Tersedia
waktu untuk menggunakannya,(tidak malah membuang2 waktu, ada waktu khusus untuk
menggunakan media tersebut) dan
f. Sesuai dengan
taraf berfikir anak.
Prinsip-prinsip Pengembangan Meda Pembelajaran:
a.
Mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi
topik bahasan.
b. Program yang
dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau
intruksional.
c. Merumuskan
tujuan yang akan dicapai.
d. Mengevaluasi
karakteristik siswa yang akan menggunakan program tersebut.
e. Menyiapkan
kerangka (outline) isi pelajaran.
f.
Mempertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai
tujuan.
g. Membuat
storyboard untuk paket pelajaran.
h. Menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan
penuntun pada saat mengambil gambar.
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman, Arief S. dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran.
Jakarta: Ciputat Press
Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo
[1]
http://kholidsibagariang.blogspot.com/2012/07/pentingnya-mengembangkan-media.html
[2] Asnawir dan Bsyiruddin Usman. Media Pembelajaran.
Jakarta: Ciputat Press. Hal: 136
[3] Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Hal: 102
[4] Ibid. hal: 103
[5] Ibid. hal: 104
[6] Ibid. hal: 105
[7] Ibid. hal: 107
[8] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[9]
http://isaansori888.blogspot.com/2013/03/prosedur-pengembangan-media-pembelajaran.html
[10] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 110
[11] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 139
[12] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 112
[13] Ibid.Hal: 112
[14] Asnawir dan Basyiruddin Usman. Op.Cit. Hal: 140
[15] Ibid. Hal: 141
[16] Arief, dkk. Op.Cit. Hal: 174
[17] Ibid. Hal: 174
[18] Ibid. Hal: 174
[19] Ibid. Hal: 175
[20] Ibid. Hal: 177
[21] Ibid. Hal: 178
[22] Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo, hal
98
64
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BAGI ABK
Makalah
Disampaikan pada Diklat Profesi
Guru PLB Wilayah X Jawa Barat
Bumi Makmur, Lembang Bandung 2008
Oleh
Drs. Yuyus Suherman,M.Si
Bandung, 2009
65
PENGEMBANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh Drs. Yuyus
Suherman,MSi
A. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam proses komunikasi, media
merupakan apa saja yang
aiengantarkan atau membawa
informasi ke penerima informasi. Di dalam proses
belajar mengajar yang pada
hakikatnya juga merupakan proses komunikasi,
informasi atau pesan yang
dikomunikasikan adalah isi atau bahan ajar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum,
sumber informasi adalah guru, penulis buku atau tadul,
perancang dan pembuat media
pembelajaran lainnya; sedangkan penerimaan
informasi adalah siswa atau warga
belajar. Pengertian media pembelajaran bervariasi.
Ada ahli media yang wiembuat
definisi yang menagcu hanya pada alat atau
perangkatkeras, ada juga yang
menonjolkan perangkat lunak. Contoh definisi yang
mengacu pada perangkat keras
adalah definisi yang dikemukakan oleh
Schramm dan Briggs (Sudjana &
Rivai, 2002: 4). Schramm mendefinisikan media
pembelajaran sebagai teknologi
pembawa informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk proses belajar mengajar;
sedangkang Briggs mendifikasikannya sebagai
sarana fisik untuk menyampaikan
bahan ajar.
Acapkali kata media pendidikan
digunakan secara bergantian dengan istilah
alat bantu atau media komunikasi
seperti yang dikemukakan oleh Hamalik
(1994) di mana ia melihat bahwa
hubungan komunikasi akan berjalan lancar
dengan hasil yang maksimal
apabila menggunakan alat bantu yang disebut media
komunikasi. Sementara itu, Gagne
dan Briggs dalam Arsyad (2006:4) secara implisit
mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
66
recorder, kaset, video camera,
video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi, dan
komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional yang
dapat merangsang siswa untuk
belajar. Di lain pihak, National Education
Association memberikan
definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupun audio-visual dan
peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, atau dibaca.
Berdasarkan uraian beberapa
batasan tentang media, dapat dikemukakan ciriciri
umum yang terkandung pada media
adalah:
1. Media pendidikan memiliki
pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat
keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau
diraba dengan pancaindera.
2. Media pendidikan memiliki
pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu
kandungan pesan yangterdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan
terdapat pada visual dan audio.
4. Media pendidikan memiliki
pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di iuar kelas.
5. Media Pendidikan digunakan
dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat
digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil
(misalnya film, slide, video, OHP), atau
perorangan (misalnya: modul,
komputer, radio tape/ kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi,
strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
B. Fungsi Media
Pembelajaran
Menurut Kemp & Dayton
(1995;3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitian
67
yang menunjukkan dampak positif
dari penggunaan media sebagai bagian integral
pembelajaran di kelas atau
sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai
berikut: Penyampaian pelajaran
menjadi lebih baku. Setiap siswa yang melihat atau
mender.gar penyajian melalui
media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru
menafsirkan isi pelajaran dengan
cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media
ragam hasil tafsiran itu dapat
dikurangi sehingga informasi yang sama dapat
disampaikan kepada siswa sebagai
landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi
lebih lanjut.
Pembelajaran bisa lebih menarik.
Media dapat diasosiasikan sebagai penarik
perhatian dan membuat siswa tetap
terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan
kerunhitan pesan, daya tarik
image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang
dapat menimbulkan keingintahuan
menyebabkan siswa tertawa clan berpikir, yang
kesemuanya menunjukkan bahwa
media memiliki aspek motivasi dan
meningkatkan minat. Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
teori belajar dan prinsip-prinsip
psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa,
umpan balik, dan penguatan. Lama
waktu pembelajaran yang diperlukan dapat
dipersingkat karena kebanyakan
media hanya memerlukan waktu singkat
untuk mengantarkan pesanpesan dan
isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh
siswa. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan
bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan
dengan baik, spesifik, dan jelas.
Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana
diinginkan atau diperlukan terutama
jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu. Sikap
positif siswa terhadap apa yang mereka
pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.Peran guru dapat berubah ke
arah yang lebih positif; beban
guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan
dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan
perhatian kepada aspek penting
lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai
konsultan atau penasihat siswa.
68
Dale dalam Arsyad (2006:18) mengemukakan
bahwa bahanbahan audiovisual
dapat memberikan banyak manfaat
asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan guru-siswa
tetap merupakan elemen paling penting dalam
system pendidikan moderen saat
ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan
materi pelajaran dengan bantuan
media apa saja agar manfaat berikut ini dapat
terealisasi :meningkatkan rasa
saling pengertian dan simpati dalam kelas; 2.
membuahkan perubahan signifikan
tingkah laku siswa;menunjukkan hubungan antara
mata pelajaran dan kebutuhan dan
minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar
siswa;membawa kesegaran dan
variasi bagi pengalaman belajar siswa; membuat hasil
belajar lebih bermakna bagi
berbagai kemampuan siswa.
Mendorong pemanfaatan yang
bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan
partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil
belajar; memberikan umpan balik
yang diperlukan yang dapat membantu
siswa menemukan seberapa banyak
telah mereka pelajari; melengkapi pengalaman
yang kaya dengan pengalaman itu
konsep-konsep yang bermakna dapat
dikembangkan; memperluas wawasan
dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan
membuat generalisasi yang tepat;
meyakinkan diri bahwa urutan dan
kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka
membangun struktur konsep dan
sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (2002;2)
mengemukakan manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar siswa, yaitu
: pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar; bahan pembelajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya
menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran; metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak se mata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru
mengajar pada setiap jam
pelajaran; Siswa dapat lebih banyak melakukan
kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan,
69
memerankan, dan lainlain. Encyclopedia
of Educational Research dalam Hamalik
(1994:15) merinci manfaat media
pendidikan sebagai berikut: Meletakkan dasardasar
yang konkret untuk berpikir, oleh
karena itu mengurangi verbalisme.,
Memperbesar perhatian siswa.
Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan
belajar, oleh karena itu membuat
pelajaran lebih mantap. Memberikan pengalaman
nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
Menumbuhkan pemikiran yang
teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
Membantu tumbuhnya pengertian
yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.Memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan
cara lain, dan membantu efisiensi
dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian clan pendapat
beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan
beberapa fungsi media
pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut
:Media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar. Media
pembelajaran dapat meningkatkan
clan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa clan
lingkungannya, dan kemungkinan
siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan clan minatnya. Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan
indera, ruang, dan waktu; a.
objek atau benda yang terlalu besar untuk
ditampilkan langsung di ruang
kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita,
film, radio, atau model; b. objek
atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak
oleh indera dapat disajikan
dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar; c.
kejadian langka yang terjadi di
masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat
ditampilkan melalui rekaman
video, film, foto, slide disamping secara verbal. d.
objek atau proses yang amat rumit
seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara
konkret melalui film, gambar,
slide, atau simulasi komputer; e. kejadian atau
percobaan yang dapat membahayakan
dapat disimulasikan dengan media seperti
komputer, film, dan video.f.
peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung
70
berapiatau proses yang dalam
kenyataan memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu-kupu dapat
disajikan dengan teknik-teknik rekaman
untuk film, video, slide, atau
simulasi komputer.
Media pembelajaran dapat
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung
dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya
melalui karyawisata,
kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Penggunaan gambar clan foto serta
grafik dalam contoh di atas adalah salah satu cara.
pembelajaran dengan media
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat
mempertinggi proses dan basil
pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir
siswa. Taraf berpikir manusia
mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir
kongkret menuju ke berpikir
abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke
berpikir kompleks. Penggunaan
media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan
berpikir tersebut sebab melalui
media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat
dikongkretkan, dan hal-hal yang
kompleks dapat disederhanakan.
Penelitian yang dilakukan
terhadap penggunaan media pembelajaran dalam
proses belajar-mengajar sampai
kepada kesimpulan, bahwa proses dan basil
belajar para siswa menunjukkan
perbedaan yang berarti antara pembelajaran tanpa
media dengan pembelajaran
menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media
pembelajaran dalam proses
pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas
pembelajaran (Sudjana &
Rivai, 2002; 9)Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa fungsi media dalam proses
pembelajaran dapat ditempatkan sebagai:alat untuk
memperjelas bahan pembelajaran
pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini
media digunakan guru sebagai
variasi penjelasan verbal mengenai bahan
pembelajaran. alat untuk
mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih
lanjut dan dipecahkan oleh para
siswa dalam proses belajarnya.
Sungguhpun demikian media sebagai
alat clan sumber pembelajaran
71
tidak bisa menggantikan guru
sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal
yang mustahil dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Peranan guru masih
tetap diperlukan sekalipun media
telah merangkum semua bahan pembelajaran yang
diperlukan oleh siswa.
C. Klasifikasi Media Pembelajaran
Bretz dalam Arief dkk. (1996:38) mengelompokkan
media pembelajaran
ke dalam delapan kelompok besar
berdasarkan unsur pokok yang terkandung di
dalamnya (suara gambar, grafik
garis, simbol verbal tercetak, dan gerak). Kedelapan
kelompok itu adalah: 1) Media
cetak; ukuran utamanya simbol verbal, 2) Media
audio; unsur utamanya suara, 3)
Media semi gerak; unsur utamanya garis, simbol
verbal, clan gerak, 4) Media
visual diam; unsur utamanya garis, simbol verbal, dan
gambar, 5) Media visual gerak;
unsur utamanya gambar, garis, simbol verbal,
clan gerak. 6) Media audio;
unsure utamanya suara, dan simbol verbal 7) Media
audio visual diam; unsur utamanya
suara, gambar, garis, dan simbol verbal, 8) Media
audio visual gerak; unsur
utamanya mencakup kelima - limanya yaitu suara, gambar,
garis, simbol verbal dan gerak
Berbeda dengan Bretz, Kemp dalam
Arsyad (2006;42)
mengelompokkan media pembelajaran
yang banyak digunakan sebagai sumber
belajar di lingkungan pendidikan
dan pelatihan berdasarkan cara pengoperasiannya,
dia membagi media atas enam
kelompok yaitu :1) Benda nyata, 2) Bahan yang tidak
diproyeksikan, seperti: bahan
cetak, papan tulis, bagan balik (flip chart), diagram,
bagan, Grafik, foto, 3) Rekaman
audio audio dalam kaset atau piringan, 4) Gambar
diam yang diproyeksikan, seperti;
Slide (film bingkai), film rangkai, OHT
(transparansi). Program Komputer,
5) Gambar bergerak yang diproyeksikan, Contoh :
film, rekaman video, 6) Gabungan
media, seperti bahan dengan pita video, slide
dengan pita audio, film rangkai
dengan pita audio, mikrofilm dengan pita audio,
komputer interaktif dengan pita
audio atau piringan video.
72
Pengelompokan media oleh Leshin,
Pollock & Reigeluth dalam Arsyad,
(2006:36) dibagi dalam lima
kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (guru,
instruktur, tutor, main-peran,
kegiatan kelompok, field-trap); (2) media berbasis
cetak (buku, penuntun, buku
latihan (zvorkbook), alat bantu kerja, dan lembaran
lepas); (3) media berbasis visual
(buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar,
transparansi, slide); (4) media
berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape,
televisi); dan (5) media berbasis
komputer (pengajaran dengan bantuan komputer,
interaktif video, hypertext).
1. Media Berbasis Manusia
Media berbasis manusia merupakan
media tertua yang digunakan
untuk mengirimkan dan
mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini
bermanfaat khususnya bila tujuan
kita adalah mengubah sikap atau ingin secara
langsung terlibat dengan
pemantauan pembelajaran siswa. Salah satu faktor penting
dalam pembelajaran dengan media
berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang
interaktif. Dengan adanya manusia
sebagai pemeran utama dalam proses belajar maka
kesempatan interaksi semakin
terbuka lebar. Pelajaran interaktif yang terstruktur
dengan baik bukan hanya lebih
menarik tetapi juga memberikan kesempatan untuk
percobaan mental dan pemecahan
masalah yang kreatif. Disamping itu, pelajaran
interaktif mendorong partisipasi
siswa dan jika digunakan dengan baik dapat
mempertinggi hasil belajar dan
pengalihan pengetahuan.
2. Media Berbasis Cetakan
Materi pembelajaran berbasis
cetakan yang paling umum dikenal adalah
buku teks, buku penuntun, jurnal,
majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis
cetakan menuntut enam elemen yang
perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu
konsistensi, format, organisasi,
daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
Beberapa cara yang digunakan
untuk menarik perhatian pada media berbasis
teks adalah warna, huruf, dan
kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun
dan penarik perhatian kepada
informasi yang penting, misatnya kata kunci dapat
73
diberi tekanan dengan cetakan
warna merah. Selanjutnya, huruf yang dicetak tebal atau
dicetak miring memberikan
penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Informasi
penting dapat pula diberi tekanan
dengan menggunakan kotak. Penggunaan
garis bawah sebagai alat penuntun
sedapat mungkin dihindari karena membuat kata
itu sulit dibaca.
Media berbasis visual memegang
peran yang sangat penting dalam proses
belajar. Media visual dapat
memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi
struktur dan organisasi) dan
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan
minat siswa dan dapat memberikan
hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia
nyata. Agar menjadi efektif,
visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan siswa harus
berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan
terjadinya proses informasi.
Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti
gambar, lukisan atau foto yang
menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan
hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi
materia; (c) peta yang
menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur
dalam isi materi; (d) grafik
seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan
gambaran/kecenderungan data atau
antarhubungan seperangkat gambar atau angkaangka.
3.. Media Berbasis Audio-Visual
Media visual yang menggabungkan
penggunaan suara memerlukan
pekerjaan tambahan untuk
memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang
diperlukan dalam media audio-visual
adalah penulisan naskah dan storyboard yang
memerlukan persiapan yang banyak,
rancangan, dan penelitian. Naskah yang
menjadi bahan narasi disaring
dari isi pelajaran yang kemudian disintesis ke dalam apa
yang ingin ditunjukkan dan
dikatakan. ti arasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi
untuk memikirkan bagaimana video
menggambarkan atau visualisasi materi
pelajaran. Pada awal pelajaran
media harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat
menarik perhatian semua siswa.
Hal ini diikuti dengan jalinan logis keseluruhan
74
program yang dapat membangun rasa
berkelanjutansambung-menyambung
dan kemudian menuntun kepada
kesimpulan atau rangkuman. Kontinuitas
program dapat dikembangkan
melalui penggunaan cerita atau permasalahan yang
memerlukan pemecahan.
5. Media Berbasis Komputer
Dewasa ini komputer memiliki
fungsi yang berbeda-beda dalam bidang
pendidikan dan latihan. Komputer
berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran
yang dikenal dengan nama ComputerManaged
Instruction (CMI). Ada pula peran
komputer sebagai pembantu
tambahan dalam belajar; pemanfaatannya
meliputi penyajian informasi isi
materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini
dikenal sebagai Computer-Assisted
Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran
dan pelatihan akan tetapi ia
bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer
dapat menyajikan informasi dan
tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan
dengan media komputer.
Format penyajian pesan dan
informasi dalam CAI terdiri atas tutorial
terprogram,
tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi: Tutorial
terprogram adalah seperangkat
tayangan baik statis maupun dinamis yang telah
lebih dahulu diprogramkan. Secara
berurut, seperangkat kecil informasi
ditayangkan yang diikuti dengan
pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh
komputer (dibandingkan dengan
kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah
diprogram oleh guru /perancang),
dan berdasarkan hasil analisis itu umpan balik
yang sesuai. Urutan
linear dan urutan bercabang digunakan. Penetapan kapan
bercabang dimaksudkan untuk
penyajian materi pelajaran tambahan berdasarkan
hasil analisis perkembangan siswa
setelah menyelesaikan beberapa latihan dan
tugas. Semakin banyak alternatif
cabang yang tersedia, semakin luwes program
tersebut menyesuaikan dengan
perbedaan individual siswa. Media tambahan lain
biasanya digabungkanuntuk format
tutorial terprogram, seperti tugas-tugas
75
bacaan berbasis cetak, kegiatan
kelompok, percobaan laboratorium, kegiatan
latihan, simulasi, dan interaktif
dengan videodisc. Manfaat tutorial terprogram akan
tampak jika menggunakan kemampuan
teknologi komputer untuk bercabang
dan interaktif.
Tutorial intelijen berbeda
dari tutorial terprogram karena jawaban
komputer terhadap pertanyaan
siswa dihasilkan oleh intelegensia artifisial, bukan
jawaban-jawaban yang terprogram
yang terlebih dahulu disiapkan oleh perancang
pelajaran. Dengan demikian, ada
dialog dari waktu ke waktu antara siswa dan
komputer. Baik siswa maupun
komputer dapat bertanya atau memberi jawaban.Drill
and practice digunakan dengan
asumsi bahwa suatu konsep, aturan atau kaidah,
atau prosedur telah diajarkan
kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan
serangkaian contoh untuk
meningkatkan kemahiran menggunakan keterampilan. Hal
terpenting adalah memberikan
penguatan secara konstan terhadap jawaban yang
benar. Tugas/perilaku kompleks
seringkali memerlukan keterampilan yang harus
secara otomatis dilakukan,
terutama keterampilan yang dikerjakan dengan
kecepatan dan ketepatan.
Keterampilan seperti ini hanya dapat dikuasai dengan
mempelajarinya melalui latihan
yang ekstensif. Latihan ekstensif yang
dapat memberikan hasil penguasaan
otomatis adalah melalui format kegiatan drill and
practice pada komputer.
Simulasi pada komputer memberikan
kesempatan untuk belajar secara dinamis,
interaktif, dan perorangan.
Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan yang
kompleks dapat ditata hingga
menverupai dunia nyata. simulasi yang
menyangkut hidup-mati seperti
pada bidang kedokteran atau penerbangan dan
pelayaran sangat bermanfaat jika
tidak dikatakan merupakan cara terbaik untuk
memperoleh pengalaman
"nyata". Keberhasilan simulasidipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu skenario, model dasar, clan
lapisan pengajaran. Skenario harus mencerminkan
kehidupannyata. Ia menentukan apa
yang terjadi clan bagaimana hal itu terjadi, siapa
karakternya, objek apa yang ikut
terlibat, apa peran siswa, dan bagaimana siswa
76
berhadapan dengan simulasi itu.
Untuk mensimulasikan suatu
situasi, komputer harus menanggapi
tindakan siswa seperti halnya
yang terjadi dalam situasi kehidupan
sesungguhnya. Model dasar
merupakan faktor kedua yang turut mempengaruhi
keberhasilan simulasi. Model
adalah formula matematis atau aturan "jikamaka"
yang mencerminkan hubungan sebab
dan akibat dalam pengalaman hidup
nyata. Lapisan pembelajaran
adalah taktik dan strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mengoptimalkan
pembelajaran clan motivasi. Konsep interaktif
dalam pembelajaran paling erat
kaitannya dengan media berbasis komputer.
Interaksi dalam lingkungan
pembelajaran berbasis komputer pada umumnya
mengikuti tiga unsur, yaitu (1)
urut-urutan instruksional yang dapat disesuaikan, (2)
jawaban/respons atau pekerjaan
siswa, dan (3) umpan balik yang dapat disesuaikan.
Untuk melibatkan keterampilan
berpikir tingkat yang lebih tinggi, tugas-tugas yang
disajikan melalui media ini harus
mampu memperkenankan dan memperhitungkan
jawaban benar yang lebih dari
satu, kreativitas, dan perbedaan pemecahan yang
disebabkan oleh pengetahuan awal
siswa yang tidak homogen.
2. Kriteria Pemilihan Media
Pembelajaran
Setiap jenis media mempunyai
karakteristik atau ciri tertentu clan masingmasingnya
memiliki kelebihan clan
kekurangan. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan
media untuk dikembangkan clan digunakan. Yang
pertama dan terutama sekali
adalah kesesuaiannya dengan materi dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Oleh karena
media merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran, faktor-faktor lain
seperti karakteristik siswa, strategi pembelajaran, dan
alokasi waktu juga perlu dipertimbangkan.
Selain itu bagi media tertentu yang
memerlukan fasilitas pendukung,
perlu dipertimbangkan apakah fasilitas itu tersedia
atau tidak; dan bagi media yang
harganya atau biaya pembuatannya mahal juga
perlu dipertimbangkan efektifitas
biaya dalam jangka waktu lama. Adakalanya, ada
media yang kalaupun biayanya
mahal tetapi penggunaannya dapat berulang77
ulang dalam jangka waktu yang
panjang, sebaliknya ada media yang walaupun
biaya pembuatan murah, karena
hanya dapat digunakan untuk sekali waktu saja,
akhirnya kalau dihitung untuk
jangka panjang, malah jadi lebih mahal.
Penggunaan media di atas tidak
dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan
medianya, tetapi yang lebih
penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu
mempertinggi proses pembelajaran.Sebuah
poster sederhana yang dapat menggugah
pentingnya memelihara kebersihan
lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran
film mengenai gambaran sebuah
kota yang bersih, untuk sekadar mencapai tujuan
pembelajaran berkenaan dengan
sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian
juga gambar peta Jawa Barat yang
dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat
yang tinggi dibandingkan dengan
globe yang mahal harganya, apabila tujuannya
hanya menunjukkan letak kota
kabupaten di Jawa Barat.
Oleh sebab itu, penggunaan media
pembelajaran sangat bergantung kepada
tujuan pengajaran, bahah
pembelajaran, kemudahan memperoleh media yang
diperlukan serta kemampuan guru
dalam menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan
media pembelajaran untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran. Pertama, guru
perlu memiliki pemahaman media
pengpjaran antara lain jenis clan manfaat media
pembelajaran, kriteria memilih
dan menggunakan media pembelajaran,
menggunakan media sebagai, alat
bantu mengajar clan tindak lanjut penggunaan media
dalam proses belajar siswa.
Kedua, guru terampil membuat media pembelajaran
sederhana untuk keperluan
pembelajaran, terutama media dua dimensi atau media
grafis, clan beberapa media tiga
dimensi, dan media proyeksi. Ketiga,
pengetahuan dan keterampilan
dalam menilai keefektifan penggunaan media
dalam proses pembelajaran.
Menilai keefektifan media pembelajaran penting bagi
guru agar ia bisa menentukan
apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau
tidak selalu diperlukan dalam
pembelajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang
dicapai siswa. Apabila penggunaan
media pembelajaran tidak mempengaruhi proses
78
dan kualitas pembelajaran,
sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan
perlu mencari usaha lain di luar
media pembelajaran.
Dalam rrmemilih media untuk
kepentingan pembelajaran menurut
Sudjana & Rivai (2002:34)
sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai
berikut: a)Ketepatannya
dengan tujuan pelajaran; artinya media pembelajaran
dipilih atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan
instruksional yang berisikan
unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih
memungkinkan digunakannya media
pembelajaran. b) Dukungan terhadap isi
bahan ajar; artinya bahan
ajar yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi
sangat memerlukan bantuan media
agar lebih mudah dipahami siswa. c) Kemudahan
memperoleh media; artinya
media yang diperlukan mudah diperoleh,
setidak-tidaknya mudah dibuat
oleh guru pada waktu mengajar.
Umumnya dapat dibuat guru tanpa
biaya yang mahal, di samping sederhana
dan praktis penggunaannya.
Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun
jenis media yang diperlukan
syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam
proses pembelajaran. Nilai dan
manfaat yang diharapkan bukan pada medianya,
tetapi dampak dari penggunaan
oleh guru pada saat terjadinya interaksi belgjar
siswa dengan lingkungannya.
Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan
alatalat canggih lainnya, tidak
mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat
menggunakannya dalam pembelajaran
untuk mempertinggi kualitas
pembelajaran.Tersedia waktu untuk
menggunakannya; sehingga media tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa
selama pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan taraf
berpikir siswa; memilih
media untuk pendidikan dan pembelajaran harus sesuai
dengan taraf berpikir siswa,
sehingga makna yang terkandung di dalamnya
dapat dipahami oleh para siswa.
Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau
proporsi dalam bentuk persen bagi
siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya.
Mungkin lebih tepat dalam bentuk
gambar atau poster. Demikian juga diagram yang
menjelaskan alur hubungan suatu
konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa
yang telah memiliki kadar
berpikir yang tinggi.
79
Dengan kriteria pemilihan media
di atas, guru dapat lebih mudah ,
menggunakan media mana yang
dianggap tepat untuk membantu mempermudah
tugas-tugasnya sebagai pengajar.
Kehadiran media dalam proses pembelajaran
jangan dipaksakan sehingga mempersulit
tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni
mempermudah guru dalam
menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media
bukan keharusan tetapi sebagai
pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi
kualitas belajar dan mengajar.
Dalam hubungannya dengan
penggunaan media pada waktu berlangsungnya
pembelajaran Arsyad (2006:38)
menjelaskan setidak-tidaknya digunakan guru pada
situasi sebagai berikut. a)
Perhatian siswa terhadap pembelajaran sudah berkurang
akibat kebosanan mendengarkan
uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal
oleh guru mengenai bahan
pembelajaran biasanya sering membosankan apalagi bila
cara guru menjelaskannya tidak
menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan
mempunyai makna bagi siswa dalam
menumbuhkan kembali perhatian belajar para
siswa. b) Bahan pembelajaran yang
dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam
situasi ini sangat bijaksana
apabila guru menampilkan media untuk memperjelas
pemahaman siswa mengenai bahan
pembelajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam
bentuk visual melalui gambar,
grafik, bagan atau model-model yang berkenaan
dengan isi bahan
pembelajaran.Terbatasnya sumber pembelajaran. Tidak semua
sekolah mempunyai buku sumber,
atau tidak semua bahan pembelajaran ada dalam
buku sumber. Situasi ini menuntut
guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam
bentuk media. misalnya peta atau
globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi
siswa, demikian juga model,
diorama, media grafis dan lain-lain. Guru tidak
bergairah untuk menjelaskan bahan
pembelajaran melalui penuturan kata-kata akibat
terlalu lelah disebabkan telah
mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat
menampilkan media sebagai sumber
belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan
bagan atau grafik dan siswa
diminta memberi analisis atau menjelaskan apa yang
tersirat dari gambar atau grafik
tersebut, baik secara individual maupun kelompok.
80
Bacaan Lebih Lanjut
Ayres, Jean. A. (1980) Sensory
Integration and Learning Disorder, USA ;
Western Psychological Services
Bischofberger, Eva (1988) Terapi
Psikomotor, alih bahasa Anna Alisyahbana
(l988), Bandung; Surya Kanti
Lerner, Janet W (1988) Learning
Disabilities, Theories, Diagnosis, and Teaching
Strategies, Boston ;
Houghton Mifflin Company
Wehman, paul at.al (1981), Program
development in Special Education:
Desigen
Individualized Education program, Mc Graw Hill
Book Company
Weswood, Peter (1993) Commonsense
methods for children with Special needs
(Strategies for
the reguler clasroom)
secend edition, London and New
New York York.
Komentar
Posting Komentar