PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS
PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM
PROSES PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana pokok suatu
bangsa dalam peningkatan kualitas masyarakatnya dan penyesuaian diri terhadap
pesatnya perubahan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu pendidikan senantiasa mengalami perkembangan dalam usahanya meningkatkan
kualitas pelaksanaan dan hasil suatu proses pendidikan. Salah satu cara yang
ditempuh adalah melalui penyempurnaan kurikulum yang berlaku., agar pendidikan
di negara kita dapat mengikuti perkembangan jaman, IPTEK, dan teknologi.
Kimia merupakan salah satu mata
pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Kurikulum 2004 yang sedang berlaku saat ini menganjurkan adanya
aktivitas aktif siswa dalam proses pembelajaran. Namun kondisi pembelajaran
selama ini dimana siswa hanya sebagai objek pembelajaran yang menerima
informasi dari guru merupakan kendala yang relatif sulit untuk diubah. Namun
demikian, ada beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk dapat mengaktifkan
siswa, salah satunya dengan melallui penggunaan LKS.
Penggunaan LKS diharapkan mampu mengubah
kondisi pembelajaran dari yang biasanya guru berperan menentukan “apa yang
dipelajari” menjadi “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar
siswa”. Pengalaman belajar siswa dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan
untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman,
lingkungan, dan nara sumber lain.
Penyajian pembelajaran kimia dengan
menggunakan LKS menuntut adanya partisipasi aktif dari para siswa, karena LKS
merupakan bentuk usaha guru untuk membimbing siswa secara terstruktur, melalui
kegiatan yang mampu memberikan daya tarik kepada siswa untuk mempelajari kimia.
Melalui pembelajaran dengan LKS keefektifan proses belajar mengajar dapat
ditingkatkan.
Pada kenyataannya, meskipun di lapangan
banyak ditemukan berbagai bentuk LKS, namun guru kurang mengetahui bagaimana
kriteria LKS yang baik yang dapat digunakan dalam membantu mencapai tujuan
pembelajaran. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai pengertian LKS,
bagaimana cara menyusun, mengembangkan,
dan menilai LKS yang baik.
PENGERTIAN LKS
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E.
Kaligis (1992 : 40), LKS atau Lembar Kerja Siswa merupakan sarana pembelajaran
yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa
dalam proses belajar-mengajar. Pada umumnya, LKS berisi petunjuk praktikum,
percobaan yang bisa dilakukan di rumah, materi untuk diskusi, Teka Teki Silang,
tugas portofolio, dan soal-soal latihan, maupun segala bentuk petunjuk yang
mampu mengajak siswa beraktivitas dalam proses pembelajaran.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh
Surachman (1998 : 46) yang menyatakan LKS sebagai jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara
terarah (guided discovery activities).
Hal ini berarti melalui LKS siswa dapat melakukan aktivitis sekaligus
memperoleh semacam ringkasan dari materi yang menjadi dasar aktivitas tersebut.
MANFAAT LKS
Mengajar dengan menggunakan LKS ternyata
semakin populer terutama pada masa dekade terakhir ini. Manfaat yang diperoleh
dengan menggunakan LKS (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992 : 40),
antara lain :
1.
Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar,
misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “guru sentris” menjadi “siswa
sentris”.
2.
Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat
menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.
3.
Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan
proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap
alam sekitarnya.
4.
Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk
mencapai sasaran belajar.
CARA MENYUSUN / MEMBUAT LKS YANG BAIK
Penggunaan LKS sangat besar peranannya
dalam proses pembelajaran, sehingga seolah-olah penggunaan LKS dapat
menggantikan kedudukan seorang guru. Hal ini dapat dibenarkan, apabila LKS yang
digunakan tersebut merupakan LKS yang berkualitas baik. LKS dikatakan
berkualitas baik bila memenuhi syarat (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis,
1992 : 41-46) sebagai berikut :
1. Syarat-syarat Didaktik
LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM
haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas
belajar-mengajar yang efektif, yaitu :
a. Memperhatikan
adanya perbedaan individual.
b. Tekanan
pada proses untuk menemukan konsep-konsep.
c. Memiliki
variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
d. Dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, danestetika pada
diri siswa.
e. Pengalaman
belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa danbukan
ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2. Syarat-syarat Konstruksi
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan
yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh
pengguna yaitu siswa. a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan siswa.
b.
Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c.
Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa.
d.
Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.
e.
Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan
keterbacaan siswa.
f.
Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi
keleluasaan pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS.
g.
Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
h.
Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
i.
Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban
maupun yang cepat.
j.
Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat
sebagai sumber motivasi.
k.
Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
3. Syarat-syarat Teknis
a.
Tulisan
1)
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf
Latin atau Romawi.
2)
Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan
huruf biasa yangdiberi garis bawah.
3)
Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.
4)
Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah
dengan jawaban siswa.
5)
Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya
gambar serasi.
PENGEMBANGAN LKS
Pengembangan LKS dapat dilakukan dengan
dengan mengadaptasi langkahlangkah pengembangan Modul / Paket Belajar (B.
Suryobroto, 1986 : 155). Berdasakan langkah-langkah pengembangan Modul dan
Paket Belajar tersebut, maka LKS dapat dikembangkan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1.
Menetapkan standar kompetensi, judul, dan tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar) merupakan TPU pada Kurikulum 1994, sedangkan indikator
merupakan TPK.
2.
Menganalisis dan menjabarkan kompetensi dasar menjadi
indikator dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Merumuskan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b)
Memilih dan menjabarkan materi pembelajaran berdasarkan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
c)
Membuat indikator pencapaian kompetensi dasar.
Kriteria indikator yang baik (Tim
Peneliti Program Pascasarjana, 2001 : 2), adalah
a)
Memuat ciri-ciri tujuan yang hendak diukur.
b)
Memuat satu kata kerja operasional yang dapat diukur.
c)
Berkaitan erat dengan materi yang diajarkan.
d)
Dapat dibuat evaluasinya sebanyak 3-5 butir soal.
3.
Menetapkan prosedur, jenis, dan alat penilaian berbasis
kelas sesuai dengan misi Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi.
4.
Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar)
yang dapat memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilanketerampilan proses sains di dalam dirinya.
5.
Menetapkan dan mengembangkan bahan / media / sumber
yang sesuai dengan kemampuan dasar yang akan dicapai, karakteristik siswa,
fasilitas (sarana dan prasarana), dan karakteristik lingkungan siswa.
6.
Menyusun LKS yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil
yang telah dilakukan menjadi sebuah LKS.
PENILAIAN KUALITAS LKS
Menurut T. Raka Joni (1983 : 43-45),
penilaian LKS dapat diadaptasi dari cara penilaian Paket Belajar, yaitu :
1.
Penilaian pra input, yaitu penilaian
yang dilakukan segera setelah LKS selesai disusun dengan tujuan untuk
pemantapan / penyempurnaan sebelum LKS disebar luaskan. Penilaian ini dilakukan
oleh tim pengembang dengan cara menganalisis LKS berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dengan bantuan instrumen penilaian yang merupakan terjemahan
dari kriteria tersebut.
2.
Penilaian input, yaitu penilaian
yang bertujuan mengetahui peran LKS dalam keseluruhan program uji coba.
Penilaian ini dilakukan sebelum LKS diterapkan di dalam kelas. Penilaian
dilakukan oleh personel yang terlibat dalam uji coba, seperti : tim pengembang,
dosen, dan administrator. Cara penilaian sama dengan penilaian pra input.
3.
Penilaian proses, yaitu penilaian yang
bertujuan mengetahui seberapa jauh LKS tersebut sesuai dengan kondisi kelas
yang sebenarnya, yang akhirnya akan dipakai untuk penyempurnaan atau merevisi
LKS. Penilaian ini dilakukan ketika LKS sedang diterapkan. Caranya dapat dengan
mengadakan observasi kelas dan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat.
Beberapa hal yang juga sangat perlu
diperhatikan dalam penilaian kualitas LKS adalah :
1. Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan
pesan / isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. Gambar
fotografi yang berkualitas tinggi belum tentu dapat dijadikan gambar LKS yang
efektif. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah kejelasan pesan / isi dari
gambar itu secara keseluruhan.
2. Penampilan
Penampilan adalah sangat penting dalam LKS. Pertama-tama
siswa akan tertarik pada penampilan LKS, bukan isinya. Apabila suatu LKS
ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa, hal ini menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan
dan tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambar saja, itu tidak mungkin
karena pesan / isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang
memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
Kriteria penilaian kualitas LKS dapat
pula dijabarkan dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan : pendekatan
penulisan,
kebenaran konsep, kedalaman konsep, keluasan konsep, kejelasan kalimat,
kebahasaan, evaluasi belajar, kegiatan / percobaan kimia, keterlaksanaan, dan
penampilan fisik. Aspek-aspek ini perlu didefinisikan agar arti dari aspek yang
dimaksud jelas. Kemudian dari tiap-tiap aspek ini perlu dijabarkan dalam bentuk
kriteria-kriteria yang mengarah kepada aspek yang dimaksud. Untuk keperluan
penilaian, maka kriteria lebih lanjut dijabarkan dalam bentuk
indikator-indikator yang mengarah pada penilaian sangat baik, baik, cukup,
kurang, maupun sangat kurang. Penjabaran dari aspek ke kriteria, lalu ke indikator
ini selanjutnya disusun dalam bentuk instrumen penilaian.
Penilaian kualitas LKS dapat dilakukan
oleh orang yang ahli dalam bidang penyusunan LKS atau ahli media (karena LKS
adalah media), guru bidang ilmu yang sesuai dengan materi dalam LKS, maupun
siswa sebagai pengguna LKS. Melalui penilaian ini diharapkan LKS yang telah
tersusun dengan baik secara teoretis akan baik pula secara empiris berdasarkan
data penilaian dari para penilai (reviewer).
PENUTUP
Kurikulum 2004 menginginkan adanya
perubahan dari teacher centered ke student centered. Secara praktik berarti
guru harus lebih banyak mengadakan aktivitas pembelajaran yangl mengarah pada
keterlibatan dan partisipasi siswa di kelas maupun di luar kelas. Salah satu
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebuit adalah melalui penggunaan
LKS.
Pada kenyataannya, di lapangan banyak
LKS tetapi guru tidak mengetahui berkualitas tidaknya suatu LKS, maka perlu
bagi guru memperoleh bekal tentang bagaimana menilai LKS yang baik berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu yang mengacu pada pendapat para ahli pendidikan,
khususnya ahli di bidang LKS. Harapannya dengan bekal pengetahuan ini, guru
mampu memilih LKS yang baik, sehingga penggunaannya benar-benar tepat guna, dan
efektif membantu mencapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
B. Suryobroto. (1986). Mengenal
Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar-Mengajar.
Yogyakarta : Amarta
Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta : Depdikbud
Tim Peneliti
Program Pascasarjana.
(2001). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Pengujian Hasil Belajar Berbasis Kemampuan
Dasar Siswa SMU.
Mata
Pelajaran Kimia. Yogyakarta : Program Pascasarjana UNY
T.
Raka Joni. (1983). Pengembangan Paket
Belajar. Jakarta : Depdikbud
sumber :Das Salirawati, M.Si.PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM
PROSES PEMBELAJARAN
Komentar
Posting Komentar